MY ANCIENT POST #2

[PERHATIAN] bukannya author nyontek karya punya orang laen-dari blog laen-! Tapi SERIUSAN ini karya author ASLI 100% *anjay kaya madu aja ajak -_,-a* !!! karna ini proyek author/? Nge post ulang karya di blog author sebelomnya, [kalo gacaya buka aja khashawol.blogspot.com , liat disana ERIKA MULYADI itu nama author, ciyus dah -_,-] jadi, jan bash author nyuri karya orang yak wk

Karena waktu itu author sudah berjanji pada kalian semuah para reader yang selalu dapet mwah everyday from author/? /gaa author nepatin janjinya yak.. kira” ada 9 ato 10 ff di blog lama author dah gitu author lupa.. dan inilah yang akan kalian baca nantinya :3

INI DIA KARYA LAMA AUTHOR YANG MUNGKIN BISA DIBILANG LEBIH RENDAH TINGKATNYA DARI KARYA SEKARANG/? *TAPI GATAU LAGI, KALIAN YANG NILAI INI, KAN?* YANG SUDAH DI REPARASI ULANG/? HAPPY READING, ALL~!

ps : untuk melihat karya asli tanpa reparasi, bisa langsung klik khashawol.blogspot.com .. terima kasih :))

Author : @tiedmy

present,

"LIES TO BE HIS GIRLFRIEND"


#Imagine you’re KAYA-anak orang kaya yang pinter sekaleh/? *sengaja lah sengaja gua pake nama ndiri-ande lu nemu nama gua ntar di ff ini jan kaget-udah mending baca aja baru tau alesannye -_,-v*

“aigoo.. kamu pintar sekali!” puji Ahn sonsaengnim saat Erika berhasil mengerjakan soal yang sangat sulit di depan kelas
“biasa kok, pak. kan saya belajar mati - matian tiap hari” balasnya 
“duh! Gitu aja bangganya setengah mati! Kalo udah pinter gak usah sekolah deh! Sana sekolah di luar negri sana biar cocok! Namanya aja udah ke Barat – baratan! Huh!” tiba - tiba MiRae berdiri dan memukul meja-nya diikuti dengan seruan ‘huuuuu’ dari teman sekelasnya.
“CUKUP! kalian itu bagaimana sih? Sudah jelas Erika ini bangga dengan dirinya sendiri! Berkat belajar setiap hari! Liat diri kalian sendiri! Memang kalian bisa seperti dia? Contoh temanmu ini!” Ahn sonsaengnim marah dan membela Erika pagi itu. Secara, Erika memang murid kesayangannya. Ia akhirnya kembali ke tempat duduk dengan berjalan seperti kucing sempoyongan-dengan bangganya.

“terkdang belajar setiap hati itu penting juga”

Esok harinya, di kelas yang sama

“ehem! ehem! Hari ini akan ada murid baru di kelas kita.silahkan masuk, nak” Cho sonsaengnim selaku wali kelas berdehem dan kemudian memanggil murid baru yang akan bergabung di kelasnya. Murid itu mulai melangkahkan kakinya ke dalam kelas. Tubuhnya setara dengan laki - laki seperti biasanya. Tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek pula-walaupun agak pendek lah-dan pada akhirnya, wajah mempeseonanya itu menghadap seisi kelas.
annyeonghaseyo. Joneun, BYUN BAEKHYUN imnida” katanya sambil memberi hormat yang diikuti dengan senyuman bibir tipisnya
“BaekHyun ini sebenarnya murid kelas 12-4, tapi karena ada masalah di kelasnya, jadi mulai hari ini, dia pindah ke kelas kita. mungkin sudah ada beberapa yang kenal dengan BaekHyun. tapi bagi yang belum kenal, mohon bantuannya. nah, kamu bisa duduk disana sekarang, di kursi yang kosong itu” Cho sonsaengnim memperkenalkan BaekHyun pada murid – murid kelasnya dan menunjukan  sebuah bangku yang masih kosong yang terletak di sisi ujung sebelah kiri kelas-bangku kosong yang selama ini taka da yang menduduki, sama sekali tak ada.
BaekHyun mulai menikmati kelas barunya. Menengok ke kanan dan ke kiri, celingak celinguk. Dan saat itu pula, ia melihat seorang wanita yang-baginya-sangat cantik, duduk tepat di sebelahnya. Ia mulai tersenyum pada wanita itu. niatnya pun berlanjut untuk berkata sepatah kata saja padanya. Tapi ketika melihat wanita berambut tanggung itu sedang serius— apa?! Ini kan pelajaran sejarah? Kenapa malah mengerjakan soal latihan matematika?!, BaekHyun membatin. Lalu kembali melihat ke papan tulis karena takut diperhatikan si guru. Tapi sesekali, ia sempatkan waktu tuk melihat pada manusia yang duduk tepat di sebelah kanannya. kira – kira siapa namanya? Ah sebentar! Nama Korea apa yang bisa dikatakan orang itu cantik? Ahreum? Miinah? Jangmi?, pikir lelaki bermata agak sipit itu sambil memutar – mutar ujung pensilnya pada bibir tipis yang terletak rapi di wajahnya sembari berpikir. BaekHyun belum berani mengucapkannya secara langsung pada gadis itu-menyeramkan jika pertanyaanku tak dijawab, suram

“jikalau ‘jangmi’ berarti mawar, apakah itu namamu? laksana bunga mekar cantik seperti wajahmu”

‘Tettttt!!’ bel sudah berbunyi. Semua murid melihat ke arah jam dinding kelas-padahal belum waktunya istirahat. Itu berarti, ini waktunya ganti pelajaran.
Setelah mendengar bel itu, seisi kelas memasang wajah lesu dan kesal. Tapi hanya satu anak yang tersenyum. Tentunya Erika Choi-siapa lagi. Karena ini adalah pelajaran yang ia tunggu – tunggu

"umm, permisi, ini pelajaran apa ya?" tanya BaekHyun pada teman yang duduk tepat pada bangku depan mejanya berhubung dirinya belum mengetahui jadwal mata pelajaran kelas 12-2
"ini? ah? pelajaran kali ini? ini pelajaran paling menyebalkan di dunia, kau tidak tau itu? ah sudahlah lupakan dan nikmati saja. tapi lihat saja dirinya! ckck masih sempat tersneyum pada waktu seperti ini! ah! menyebalkan! cih" anak yang duduk tepat di depan meja Byun BaekHyun itu menunjuk ke arah Erika dengan dagunya sambil memasang wajah benci dan tatapan yang seolah berkata ‘hello stranger’ dan kembali memutar badannya-juga tak lupa memutar bola matanya dengan malas. setelah itu, BaekHyun melihat ke arah wanita yang tadi ditunjuk dengan dagu temannya itu. mamang benar, anak itu sedang tersenyum bahagia. sebenernya pelajaran apa ini?, tanyanya dalam hati 

beberapa menit kemudian, guru yang tidak diharapkan datang oleh murid kelas 12-2 datang juga. padahal anak - anak sudah ramai berdoa sedari tadi agar guru itu terpleset dari tangga, jatuh dan tidak jadi mengajar. Itu karena mereka semua lupa mengerjakan pr yang mungkin Plato saja tak bisa mengerjakan-‘mungkin’, itu kan hanya celotehan anak SMA yang seenaknya

"slamat siang anak - anak! apa kita punya pr yang harus dibahas hari ini?"
"ahhh!! nggak pak! ga ada" hampir seisi kelas menjawab seperti itu-dan yang suaranya terdengar paling keras tentunya anak lelaki. Tapi kemudian,
"ada pak! hanya 5 nomer!" Erika dengan serius mengangkat tangan kanannya dan berkata seperti itu pada Ahn sonsaengnimSekarang aku tau, ini pelajaran matematika. Kalian bingung mengapa aku tiba – tiba mengerti? Bukti : seisi kelas berkata tidak ada pr, dan anak di sebelahku yang sangat anggun ini dengan semangatnya berkata seperti itu. sekarang aku juga mengerti maksud senyuman di pelajaran sejarah tadi saat ia melihat pada buku matematika. Mengapa aku tak bisa mengenali sang guru padahal aku juga anak sekolah sini? karena sekolah kami kaya akan guru matematika. Yang mengajar di kelasku adalah Jung sonsaeng. Dan kuharap guru ini lebih baik dari Jung sonsaeng.. kuharap
"ahh, baiklah. ada yang mau mengerjakannya di depan?"
ssiiinggg~ terjadi keheningan selama 3 detik di kelas itu
"saya pak!" dan suara Erika lah yang memecahnya. dengan lambaian tangan tegas sambil menatap sang guru tajam. Diikuti dengan sorakan 'hhhuuuuuu!!' yang membuat kelas itu bertambah ramai saat Erika berjalan menuju papan. BaekHyun sebagai murid baru di kelas hanya bisa melongo menyaksikan keadaan kelas yang berbeda dengan kelas sebelumnya. Maksudnya pindah ke kelas lain adalah karena kelas 12-4 itu adalah sarangnya anak kurang ngajar. Bayangkan saja, jika melihat seorang di kelas itu membawa bekal, pasti langsung diambil, direbut paksa, dan langsung dimakan habis di hadapan anak itu oleh ‘GENG DOBI’-nama geng paling terkenal di sekolah. Dan ia pindah ke 12-2 karena terkenal dengan si guru sejarah yang sangat baik hati seperti malaikat menjabat sebagai wali kelas disana. Tapi ternyata? Murid kelas 12-2 bukannya kurang ngajar, tapi berisiknya bukan main. Lalu kelas mana yang cocok dengannya? tapi karena ia menyukai Erika-walaupun ini baru pandangan pertama, ia belum mengerti apa ini yang namanya suka-, hanya dirinya sendiri yang tersenyum melihat wanita itu berhasil mengerjakan soal yang ia sendiri tak mengerti maksudnya

“senyum bisa tak sengaja terbuat oleh si cinta”

'Tetttt!!!!' seisi kelas langsung memasang senyum saat mendengar bel itu. tandanya, pelajaran paling mematikan sudah selesai. waktunya makan siang

di kantin, semua anak berkumpul menjadi satu dengan golongan mereka masing - masing. makan bersama, bercanda bersama. begitu juga dengan BaekHyun yang sudah mendapat teman baru di kelas barunya pula-ia diajak oleh JiTae dan kawan - kwannya. saat melihat teman - teman di kelas barunya yang juga berteman dalam kelompok, ia mencoba bergabung dengan mereka-walau sebenarnya BaekHyun bukanlah tipe orang yang suka memilih – milih teman dan hidup dalam suatu kelompok. Tapi mudah baginya untuk bergaul akrab. karena BaekHyun bukan anak yang terlalu pendiam juga. disela-sela makan, BaekHyun tidak sengaja melihat ke pojok kantin. seorang wanita menyendiri disana, dengan mata yang melihat ke arah buku, tangan kanan yang memegang sendok dan tangan kiri berada tepat di atas bukunya.

"umm, dia kenapa?" BaekHyun bertanya pada teman satu mejanya saat mereka sedang makan sambil menunjuk ke arah wanita tadi
"ah! anak itu? biarkan saja! dia memang pantas untuk menyendiri"
"eh? memang ada yang aneh dengannya? bukannya .. anak itu yang tadi berhasil mengerjakan soal matematika itu ya?" BaekHyun bingung mendengar jawaban temannya
"ya, justru karena itu! dia sombong karena kepintarannya!"
"sombong?" BaekHyun tambah bingung. padahal, menurutnya wanita itu memiliki kerja keras dengan berlatih matematika setiap saat. bahkan disaat pelajaran sejarah
"ya sombong! lihat saja habis ngerjain soal di papan, dan saat kembali ke tempat duduknya, cara jalannya mewah banget! pake model catwalk gitu  ckckck" BaekHyun tidak membalas apa - apa. ia hanya melihat ke arah wanita yang sedang belajar di pojok tadi yang sekarang sambil meminum sekotak susu pisang.

catwalk pun dapat dilakukan di kelas dan mendapat perhatian. jadi, semua orang bisa menjadi model-kapanpun”

dua hari kemudian, tepatnya saat pelajaran matematika. itu tandanya, sudah 2 hari BaekHyun berada di kelas barunya itu, tanpa menyapa teman yang duduk di meja sebelah kanannya sepatah kata pun-padahal ia sudah lumayan akrab dengan yang lain. Kata apa yang pas untuk membuka pembicaraan? ‘hai’? ‘mm..’? ataukah ‘eh’? ah aku tak tau

"baik anak – anak. hari ini kita akan membahas tentang materi baru. Kita pakai metode belajar baru, ya? karena murid di kelas ini sudah genap, saya minta kalian membuat kelompok berisi 2 orang tidak lebih atau kurang! Di kelompok itu, kalian coba menyelesaikan sendiri materi barunya. saya beri waktu 1 menit, kalian harus sudah duduk di sebelah anggota kelompok kalian! mulai!" Ahn sonsaengnim yang baru masuk kelas langsung memerintahkan murid - muridnya untuk mencari kelompok. semua anak memilih anggota kelompoknya dengan teman dekat mereka-dan tentunya langsung duduk bersebelahan seperti yang diperintahkan. dan tentu saja, lagi - lagi tak ada yang mau satu kelompok dengan Erika-berhubung saat kelas ini masih ganjil muridnya, ia selalu mengerjakan apapun sendiri disaat teman – temannya berkelompok 2-2. Bukan suatu masalah lagi baginya jika mengerjakan sendiri lagi

"umm... permisi, sudah dapat kelompok?" 
"mm?" wanita yang sedari tadi terlihat itulah masa bodoh dengan apa yang terjadi di kelasnya sambil menundukan kepala dan membaca materi baru hari itu di buku pribadinya, ia langsung menengok ke arah kirinya ketika mendengar pertanyaan seseorang yang ‘mungkin’ ditujukan untuknya. Itulah suara lembut pertama yang terdengar oleh telinga BaekHyun darinya-karena selama ini, Erika cenderung pendiam.
Hal selanjutnya yang dilakukan wanita itu adalah melihat sekeliling kelasnya-padahal ia belum menjawab pertanyaan reman sebelahnya-dengan tatapan tidak mengerti apa – apa dan kembali menatap BaekHyun yang sedari tadi terlihat ketakutan tidak mendapat kelompok-apalagi yang dibahas adalah materi baru yang ia baca seujung jari saja belum pernah.
“ah.. kerja kelompok? belum” ia menggeleng-lucu
"boleh aku satu kelompok denganmu?" mendengar pertanyaan BaekHyun, HyoRim hanya mengangguk-pelan, tanpa gairah-lemas

"sudah dapat kelompok semua?" tanya Ahn sonsaengnim
"sudah pak!" jawab semua murid-kecuali kelompok di ujung kanan kelas yang sedari tadi membisu. Yang satu membaca materi, yang satu terlihat bingung dengan apa yang dilakukan temannya dan bingung menjawab apa pertanyaan gurunya itu. tidak dikatakan satu kelompok juga tak apa, karena mereka sudah duduk bersebelahan
"baiklah. kalau begitu, salah satu dari kelompoknya mengambil kertas soal dan jawaban disini. kerjakan soal ini bersama teman sekelompok kalian!" Ahn sonsaengnim mulai memerintahkan murid – muridnya untuk mengambil kertas yang sudah diatur rapi olehnya.
BaekHyun melihat ke arah teman sebelahnya yang masih saja terlihat masa bodoh-padahal itulah soal yang harus dikerjakan-. Akhirnya BaekHyun lah yang berdiri dan mengambil soal ke depan kelas, diikuti dengan tatapan tajam teman sekelasnya saat ia berjalan menuju tempat duduk. Dasar anak ini apa yang ada di pikirannya sampai semuanya aku yang mengerjakan! Tapi, ah setelah melihat soalnya aku tak mengerti apapun. Kuharap ia mengerti-kuharap
“oh ya! bagi yang sudah selesai mengerjakan soal dan benar jawabannya, boleh keluar kelas sambil menunggu yang lainnya selesai” setelah Ahn sonsaeng berkata sepeerti itu, dapat kulihat seisi kelas bergegas mengerjakan soal mereka dengan cepat. Sebegitu tak tahannya mereka dengan pelajaran ini? ckck

"huuuft" BaekHyun hanya bisa menggelangkan kepalanya saat melihat 10 soal yang baginya sesulit mencari sebuah jarum dalam tumbukan jerami
"mm? coba kulihat" wanita yang sedari tadi asik dengan dunianya tiba – tiba menoleh dan mengambil kertas soal dari meja BaekHyun dan memperhatikan nomer per nomer
“ah! ini sama seperti yang ku pelajari semalam! Gampang nih” ia tersenyum, BaekHyun tersedak
"ya?" BaekHyun hanya bisa melongo mendengar jawaban wanita itu APA? ANAK INI BELAJAR MATERI BARU SAAT BELUM PERNAH DIAJARI?
"begini, kuajari" HyoRim menjelaskan cara mengerjakannya pada teman satu kelompoknya itu. dan Baekhyun hanya bisa memperhatikan wajah cantik wanita itu sedari tadi-bahkan tidak menghiraukan si kertas soal, walaupun sesekali melirik ke arah si soal juga
"begitu. Mengerti?" saat Erika selesai menjelaskan 2 nomer, ia melihat ke arah BaekHyun-dan tanpa janji sebelumnya, mata mereka bertemu satu sama lain, menatap tajam-itu karena BaekHyun yang sedari tadi tak menyadari hadirnya si soal dan hanya melihat ke arah wanita ini. yaampun apa yang barusan ku lakukan?
"ehem!" BaekHyun yang salah tingkah langsung berdehem "ayo kita mulai mengerjakan.." ajak BaekHyun.

selama beberapa manit ke depan, mereka mencoba memecahkan soal itu bersama - sama. Baekhyun mulai mengerjakan nomer 3 sambil dipantau si rajin-Erika-dan berlanjut ke nomer 4 dan 5 dan kemudian menyerah saat mengerjakan setengahnya nomer 6.
“mm? kenapa berhenti? Itu sudah betul. hahaha memang selalu begini! Setaip memberi soal, pasti nomer 1 sampai 5 mudah, dan selebihnya cukup menantang”
“iya betul! makanya aku, ah aku menyerah saja untuk yang ini”
“jangan gitu, ini. kau pakai cara yang ini saja jika tipe soalnya seperti ini” Erika lanjut mengajarkan untuk soal nomer 6, lanjut ke nomer 7 dan 8. Anak ini seru juga rupanya. Bisa bercanda, bisa tersenyum, dan lebih parahnya lagi, TERNYATA IA BISA BICARA

“nah, coba kau kerjakan selanjutnya. Tinggal 2 nomer tersisa dan menggunakan cara yang sama” Baekhyun langsung menganbil lembar jawaban itu lebih dekat darinya dan mencoba mengerjakan setelah temannya mengajari beberapa nomer sebelumnya
“begini, benar?”
“iya benar, itu kau bisa buktinya! Hahaha sini kutulis nama kelompoknya. Oh ya, siapa namamu? Byun BaekHyun? Benar, kah?” Baekhyun mengangguk, tersenyum
“dan kau?”
“mm? ah, aku Erika Choi”
“nama Korea mu?”
“mm.. aku tak tau.. panggil saja sesukamu” BaekHyun mengangguk, pelan
anak ini ternyata baik juga. Tapi kenapa murid lain membencinya? kata2 itulah yang diucapkan BaekHyun dalam hati saat teringat Erika mengajarinya dari  tadi sambil memperhatikan wanita itu menulis namanya dan nama dirinya di lembar jawaban
“baiklah, kupanggil ‘Ka-ya’”
“apa? ‘Ka-ya?’”
“iya, ‘ka’ nama belakangmu dan ‘ya’ adalah imbuhan untuk panggilan. Jadi mulai sekarang namamu Kaya saja, Kaya”
“hahaha terserah” Erika tertawa-atau sekarang namanya adalah Kaya. Kaya saja tanpa imbuhan lagi.

"ayo kumpulkan ke depan” ajaknya, dan Baekhyun nurut
"ini, pak" Kaya menyerahkannya. sedangkan BaekHyun hanya berdiri di belakang wanita itu dan melihat sekeliling kelas yang melirik ke arahnya sedari tadi. ada apa denganku? ada yang salah jika aku satu kelompok dengan anak ini? 
"mm" gurunya yang sedari tadi memperhatikan jawaban mereka tiba – tiba mengeluarkan suara-datar
“jawabannya betul, tapi caranya cukup unik juga. Siapa yang mengerjakan?”
“apa? betul semua, pak?” BaekHun kaget
“tentu kami berdua, pak. maka dari itu bisa dilihat tulisannya berbeda – beda. Caranya beda dengan cara biasa yang ada di buku – buku karena BaekHyun lah yang menemukan cara segampang itu ternyata” Ahn sonsaeng mengangguk mendengar jawaban Kaya dan tersenyum-lebar
"kalau begitu kalian boleh keluar. terserah mau belajar atau apa, yang penting, saat bel ganti pelajaran nanti sudah kembali ke sini. yang lain juga begitu! kalau sudah selesai dan betul semua seperti yang kelompok ini lakukan, baru boleh keluar! Sudah, kalian boleh keluar sekarang" kata Ahn sonsaengnim. BaekHyun dan Kaya memberi hormat sebentar kemudian keluar dari kelas yang seketika hening itu

“belum tentu semua orang membenci durian. jika tak ada durian, para buah tak memiliki raja”

"aaaa legaaaa!!!" begitu keluar kelas, BaekHyun langsung mengulet tak jelas motifnya-tepatnya untuk dapat perhatian dari wanita di sebelahnya. tapi saat ia melihat ke arah Erika, wanita itu hanya diam saja. "ehem, enaknya ngapain?" BaekHyun yang merasa salah tingkah itu langsung berdehem dan memulai duluan.
"aku lapar" jawab wnaita itu polos
“apa? tadi kan sudah istirahat”
“tapi aku gampang lapar”
“kita makan saja kalau begitu”
“jangan, aku mendadak tidak selera” Kaya langsung mencegah BaekHyun yang sudah satu langkah menuju kantin dengan memegang tangan kanannya
“APA??!! tadi barusan, kau—“ BaekHyun kaget dan langsung memutar tubuhnya. Ia kaget karena wanita yang lapar ini bisa tiba – tiba tak berselera-atau lebih tepatnya ia kaget karena sesuatu menyentuh tangannya dan membuatnya berteriak sedikit, diikuti dengan rona merah di pipi
“kita ke taman ata saja”
“taman di atas gedung ini? baiklah” Baekhyun nurut, apapun
BaekHyun sega ganti  menggandeng tangan Kaya menaiki tangga. detak jantung Kaya makin cepat, tak beraturan. ia tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. tapi di sisi lain, hatinya berkata jika ia tak menyukai lelaki itu. mungkin ia membohongi dirinya sendiri. buktinya, ia tetap tak melepas bahkan marah sepatah kata pun pada lelaki yang baru ia ajak bicara hari ini.
ketika sampai di atas, BaekHyun celingak-celinguk. Tak ada orang sama sekali di sana, baiklah. suasananya jauh beda pada saat istirahat. banyak sekali murid yang dateng ke taman ini untuk berpacaran. karena itu tempat yang sangat romantis, penuh pot bunga yang segar setiap harinya, dan bangku taman panjang dimana – mana. tapi kali ini, mereka datang saat jam pelajaran. tentu saja tak ada yang datang kesini-dan hanya mereka berdua yang ada di sana, di taman yang luas terletak di atas gedung sekolah. kemudian perlahan, Kaya melepas gandengan tangan BaekHyun. BaekHyun yang mulai sadar akan hal itu langsung menatap wajah Kaya. wajahnya mereah bukan main. Laksana buah peach yang warnanya tak teraktur. Ada bagian yang oranye, ada yang pink, ada juga yang merah sekali.
"ah, maaf" tapi Kaya tak membalas perkataan BaekHyun. ia memalingkan pandangannya ke arah bangku di sebelah Timur mereka. "ayo duduk di bangku itu" ajak BaekHyun. lalu Kaya mengikutinya. mereka pun duduk bersebelahan, di bangku taman bewarna hijau nyaman.

"kau baik sekali" kata BaekHyun sambil melirik ke arah Kaya
"baik? Kenapa?" Kaya bingung
"tadi, padahal kebanyakan kau yang mengerjakan soal itu. tapi kau mengaku kita berdua yang mngerjakannya"
“memang kita berdua yang mengerjakan, bukan?”
“tapi kau lebih banyak mengerjakan”
“tidak, tadi pas 5-5. Aku kan hanya mengajarimu saat kau sedang kesulitan.. tidak mengerjakan atau merebut lembar jawabnya, bukan? Coba kuingat” Kaya mengerucutkan bibirnya dan berpikir sambil mendongak. itulah aegyo paling imut yang pernah BaekHyun lihat. BaekHyun langsung menelan ludah.. 
"ehem. Baiklah aku mengerti" merasa salah tingkah untuk ke berapa kalinya, BaekHyun mulai berdehem lagi dan menurut saja-ia tak tau apa yang harus ia katakan
"hahaha kau lucu sekali. kupikir kau anak yang serius. maka dari itu, aku tak pernah mengajakmu teman baruku ini mengobrol selama 2 hari" Kaya berkata lebih dulu sambil tertawa. dan ini juga pertama kalinya ia melihat wanita itu tertawa lebar #gleek
"apa? jadi selama ini kau ingin mengajaku berbicara?" mata BaekHyun yang melebar
"iya, aku kesepian. Selama ini aku dijauhi dan diletakkan di bangku paling belakang sendirian oleh mereka" Kaya menganggukan kepalanya
" kenapa mereka begitu?"
"aku tak tau. mereka bilang aku sombong. tapi mungkin memang aku sombong, ya? haha aku sedikit sadar"
"ah tidak! kamu tidak begitu. Mereka yang salah" puji BaekHyun
"ya?" Kaya bingung. baru kali ini ada orang yang memujinya.
"tapi JiTae pernah berkata padaku kalau kau suka berjalan ala catwalk. aku tak pernah memperhatikan cara jalanmu. tapi katanya, mereka menganggapmu sombong karena itu. umm.. maaf kalau kata - kataku ini salah"
"ahh, tidak kok tidak apa – apa. hah? ternyata selama ini mereka memperhatikan caraku berjalan, ya? aku baru sadar hahaha jalanku itu memang kubuat seperti itu. karena menurutku, tidak elit jika seorang wanita berjalan dengan kaki terbuka” Kaya sedikit malu saat mengatakan hal itu pada BaekHyun
“woah? Kau ingin menjadi seoarang model, ya?”
“apa? ah, tidak juga.. bagaimana denganmu? apa cita – citamu?”
“aku ingin menjadi fotografer agar bisa selalu memotret Kaya sang model kapanpun”
“hey! Yang benar! Kau bercanda?”
“tidak, aku benar ingin jadi fotografer handal”
“woah.. pasti seru jadi modelmu”
“maka dari itu jadilah modelku. Tubuhmu bagus, kau bekas penari, ya?” Kaya menggeleng, menidakkan
“cara jalanmu cocok jadi model. Sudahlah, jadilah modelku suatu saat nanti” Baekhyun merayu
“baiklah, jika ada waktu hahaha”
“yah, mengapa begitu? Baiklah, sebenarnya apa cita – citamu?”
“mengapa pembicaraan kita ini menjurus seperti anak TK, ya? hahaha aku ingin menjadi psikolog”
“wah benarkah? Kalau begitu biarkan aku menjadi seorang ilmuwan”
“agar apa?”
“agar bisa meneliti kandungan darahmu untuk membuktikan, apakah kau ini seorang psikolog atau seorang psycho?” Baekhyun melirik, pelan, menggoda. Kaya menatap, tajam, serius
YA!” siang itu, di taman atas gedung sekolah, Kaya mencoba memukul punggung Baekhyun dengan keras, tapi terlambat karena lelaki yang sedari tadi duduk di sebelahnya itu sudah bangkit dan segera kabur berlari memutar taman yang luas ditemani pot bunga yang mengiringi jalannya. Disusul Kaya yang tak mau ketinggalan dan segera mengejar dan mencegatnya-tapi gagal-dan kembali mengejar lagi ditemani tawa tak henti dan terik matahari panas tapi berhasil ditutup dengan angin sejuk hari itu

“seorang yang membencimu belum tentu tak memperhatikanmu”

pulang sekolah, hari yang sama

"ibu! aku pulang"
"ahh? Erika, gimana sekolahmu hari ini?" ibu perempuan yang baru saja masuk rumah sedangnya itu langsung menutup koran yang sedang ia baca dan langsung menghampiri anaknya yang masih memakai seragam lengkap-kecuali sepatu. Mengapa ibunya tidak memasak atau bersih – bersih rumah seperti ibu yang lain? Karena kelaurga mereka punya seorang pembantu yang menginap di rumah mereka-tepatnya di kamar paling belakang, dekat dapur dan sering menjadi teman curhat menjikannya, Kaya-juga seorang koki yang hanya bekerja dari pukul 7 pagi-tidak terlalu pagi karena Kaya hanya memakan roti isi atau sereal untuk sarapan-sampai pukul 6 sore-atau setelah membuat makan malam untuk keluarga mereka.
"aku? Biasa saja, bu" balas Kaya sambil tersenyum
“benarkah? Kalau begitu apa penglihatan ibu yang salah? mm.. kelihatannya kamu hari ini senang sekali? mm?” goda ibunya
“ah, itu.. hari ini aku mulai punya teman di sekolah”
“woah? Benarkah? Wah anak ibu hebat sekali! bagaimana ceritanya? Ceritakan ceritakan” ibunya mulai tertarik
“nanti saja, bu.. aku capek”
“umm.. baiklah kalau begitu. Oh ya! bibi Jung mengajakmu camping
“bibi Jung? Ibunya Sooni eonni?”
“mm” ibunya mengangguk, mengiyakan
“kapan, bu?”
“Sabtu ini. dadakan sekali, ya?”
“mm.. tidak juga, kok.. ini kan baru hari Rabu. Memang tidak apa, bu jika aku ikut?”
“eonni-mu itu ingin kau menemaninya.. bukannya anak ibu adalah sepupunya yang paling dekat dengannya?”
“hahah iya, bu.. Sonni eonni baik sekali padaku. Berapa hari, bu?”
“hanya 1 malam, kok”
“baiklah, jika ada tes untuk hari Senin akan kupelajari terlebih dulu”
“anak ibu memang pintar sekali, ya! ganti baju dulu sana.. ibu telpon bibi Jung dulu”
“baik, bu”

Kaya memang tidak punya teman di sekolah. tapi sebenarnya, ia sering mengikuti acara seperti ini. maka dari itu, ia lebih banyak memiliki teman di luar sekolah. ia juga paling senang bersoaialisasi dengan orang yang tidak ia kenal. Ia berpikir itu akan lebih baik jiks bisa memiliki lebih banyak teman, lebih banyak lagi dan lagi-walaupun ia dibenci di sekolahnya.

“cari teman di luar sekolah, boleh bukan?”

Esok harinya, pagi hari di sekolah semua murid sekolah itu dikumpulkan di aula untuk diberi pengumuman

"anak – anak, hari Sabtu ini sekolah kita akan mengadakan panggung seni kecil – kecilan untuk mencari dana bantuan bagi anak – anak kurang beruntung yang bersekolah di kolong jembatan dekat perpustakaan umum kota ini. jadi, mohon kehadirannya untuk menyumbang sejumlah uang berapapun setelah pentasnya selesai" begitulah berita yang diumumkan oleh bapak wakil kepala sekolah dan kemudian diikuti dengan pertanyaan macam – macam dari murid lain
"Sabtu ini???" tiba - tiba Kaya menyahut pelan
"kenapa? Kau tidak bisa?" tanya Baekhyun yang duduk tepat di sebelahnya di dalam aula sana
HyoRim mengangguk, tanda berkata ‘iya’ secara bisu
"aku juga"
"bagaimana ini? mereka membutuhkan bantuan kita"
"kau…" Baekhyun menatap wajah Kaya dalam “kau murah hati sekali. sepeduli itu dengan mereka?” sambil tertawa-sedikit
"ya! mereka memang membutuhkan dana untuk sekolah lebih baik lagi!" balas Kaya membentak
“eh? Iya, maaf.. iya kau betul” Baekhyun malu. Malu, malu, malu sekali. pipinya memerah dan ia menunduk, merasa bersalah. sedangkan Kaya tampak berpikir bagaimana caranya agar bisa menyumbang untuk mereka. Ternyata anak ini tak sembarang bisa bicara saja.. ia bisa membentak juga. Ya ampun Byun BaekHyun hati – hati dengan kata – katamu!

Akhirnya setelah acara pagi itu selesai, Kaya bangkit berdiri dengan cepat tanpa menghiraukan teman sebelahnya yang tampak melongo dengan tatapan merasa bersalah. Kaya terlihat berlari entah kemana, dan membuat Baekhyun langsung beranjak pasrah karena ditinggal temannya tadi.

Menuju kelas, ia melewati ruang guru karena jika melewati jalan utama-lorong sekolah-pasti ramai bukan main karena semua murid terlihat kembali ke kelas lewat sana. Ia menghentikan langkahnya dan menoleh ke depan pintu ruang guru. Ada Cho sonsaengnim-wali kelas mereka lebih tepatnya-disana sedang berbincang dengan si cantik Kaya. Merasa tak ingin ketahuan dengan temannya itu, ia bersembunyi di balik tembok dekat ruang guru itu. walau tak bisa menguping, mengintip saja pun sudah cukup baginya.
Ia dapat meihat tangan Kaya menyodorkan sejumlah uang pada wali kelasnya itu. uang apa? Baekhyun berpikir keras, mencoba memecahkan teka – teki ini.

Ia kembali ke kelasnya. Bertemu Kaya di depan pintu kelas yang tersenyum padanya. Baekhyun bingung. Rasanya tadi Kaya marah?

“kau.. menyerahkan uang apa?”
“apa?” Kaya yang baru saja duduk diikuti Baekhyun sentak kaget
“tadi, uang itu”
“oh.. itu.. karena aku tak bisa hadir hari Sabtu besok, jadi uangnya ku serahkan sekarang”
“APA? ah iya aku lupa! Aku seharusnya juga ikut seperti kamu, ya! ah besok saja lah.. maish ada hari untungnya”
“iya.. beosk masih ada hari, tenang saja” Kaya tersenyum

Akhirnya Baekhyun melakukan seperti yang Kaya lakukan karena hari Sabtu, ia ada acara bersama teman lamanya. Ia datang dari kampung Baekhyun dulu. Ingin bertemu Baekhyun Sabtu ini. mereka teman kecil, sering bermain bersama dulu. Tapi Baekhyun pindah ke kota karena ayahnya ingin anaknya bersekolah di kota besar. Lalu mereka berpisah, lalu tak pernah bertemu-lagi-, lalu akan bertemu kembali esok hari.

“menyumbanglah untuk orang yang membutukan bantuanmu, apapun”

Hari Sabtu pun datang. hari dimana sekolah Kaya ramai, tapi Kaya masih masih berada di rumahnya, bersiap – siap untuk pergi ke tempat lain dan bukan sekolahnya.

"Ka! Cepat turun! SooNi sudah di depan rumah" ibunya memanggil Kaya dari lantai bawah. ia diapnngil ‘ka’ di rumahnya. Diambil dari imbuhan belakang namanya, Eri’Ka’.
"IYA MA" jawab HyoRim semangat, sambil tersenyum, kemudian beranjak pergi-meninggalkan hp-nya karena tidak diperbolehkan membawa alat elektronik.

Ia bertemu sepupunya itu di depan rumah

"Erika!" sapa eonni-nya sambil melambaikan tangan
"eonni!!!" Kaya langsung memeluk sepupunya itu karena sudah sekitar 1 bulan lebih tidak bertemu, berhubung sepupunya sudah sibuk dengan kuliahnya
"ayo berangkat!" ajak SooNi
"baik, eon! IBU AKU PERGI DULU, YA?" Kaya berteriak dari luar rumah , disusul ibunya yang segera keluar dan memeluknya
"hati – hati, ya?" balas ibunya

Mereka mulai berjalan, Kaya mulai berpikir

“eonni? Sebenarnya camping apa ini?”
“camping yang terbuka untuk anak usia 16 sampai 20 tahun. Kita nanti jalan sampai ke depan komplek rumahmu, lalu akan dijemput oleh teman – teman kampusku. Mereka membawa truk bak terbuka. Seru, bukan? Camping ini akan membahas tentang cara mudah menggapai cita – cita. Berhubung kita sudah remaja, jadi, kuajak saja dirimu.. siapa tau bermanfaat”
“WAH! BENARKAH?” Kaya kaget, senang
“iya, benar! Ibumu tidak bercerita? Hahaha bibi Park memang lucu, ya. camping ini juga tidak dipungut biaya terlalu mahal.. soalnya pembicaranya adalah sukarelawan.. jadi kita hanya membayar unuk biaya makan dan sewa tempat”
“ibuku sudah membayar?”
“sudah, dong. Ia membayar pada ibuku waktu itu”
Kaya mengangguk, tada mengerti

Sampailah mereka di depan gerbang komplek perumahan Kaya. Beberapa menit kemudian, datanglah truk yang dimaksud. Truk itu penuh, tidak terlalu tinggi, dan rasanya itu teman seumur sepupunya semua. kaya jadi malu. Mereka terlihat sangat antusias. Kaya jadi mesara seperti seorang remaja petualang kali ini. benar – benar berbeda dari pengalaman sebelum – sebelumnya yang hanya kumpul di satu tempat, dan berangkat bersama naik bus pariwisata.
Truk pun dibuka bagian belakangnya. Mereka naik, kemudia Kaya berkenalan dengan teman – teman eonni-nya disana. Terasa seru sekali pagi itu.

sesampai di tempat camping, semua peserta dikumpulkan menjadi satu di lapangan rumput besar-karena pesertanya juga banyak sekali walau hanya 2 hari. Kaya duduk bersebelahan dengan SooNi dan ia mulai mencoba melihat ke wajah peserta satu per satu yang duduk di sekitarnya. Mereka semua terlihat dewasa sekali..

"NAH! SEKARANG, MULAI BERHITUNG DARI 1 SAMPAI  UNTUK MEMBAGI KELOMPOK!  MULAI DARI KAMU" pembina camping itu menunjuk salah satu peserta camping yang berada di ujung dan berteriak menggunakan ‘toa’ agar kata – katanya bisa tersengar sampai belakang. terucap angka 4 dari mulut HyoRim. dan terucap angka 5 dari mulut SooNi. mereka berbeda kelompok pada akhirnya
“BAIKLAH, SEKARANG KUMPUL BERSAMA KELOMPOK MASING – MASING!”
Kaya mendengar ada pembina yang berteriak “KELOMPOK EMPAAATT!!!” dari sebelah Timurnya. Ia segera menoleh, dan berpamitan dengan sepupunya
“eonni, aku kesana dulu, ya?”
“iya, aku juga.. sampai jumpa nanti malam, Ka”

Kaya berjalan seorang diri kesana. Ia mendapat barisan paling belakang karena sudah termasuk terlat berkumpul. Peserta lain segera berlari dengan semangat ketika dipanngil untuk berkumpul. Tapi dirinya tidak, tidak tau mengapa.
Datanglah beberapa remaja lain yang juga berdiri di barisan paling belakang saat pembina mengumumkan tentang susunan acara. Ternyata bukan hanya aku yang berjalan lambat, banyak juga hahaha
Di sebelah kirinya terlihat seorang lelaki. Ia tampan, tinggi, berponi, dan memperhatikan si pembina dengan serius. Di sebelah kanannya terlihat seorang lelaki juga. Ia pendek-tepatnya tingginya tak beda jauh dari Kaya yang bahkan lebih tinggi lelaki itu, tapi lebih pendek dari lelaki yang berada di sebelah kirinya-, berponi juga tapi yang terlihat adalah ‘kupluk’ merahnya yang menutupi setengah poninya, dan ia tidak memperhatikan si pembina dengan serius sma seperti Kaya yang melihat kesana kemari, lelaki ini tampak masih mengantuk dan menunduk ke bawah sambil memejamkan matanya. Benar – benar habit, bisa tertidur dalam keadaan berdiri?
Ia terheran – heran dengan lelakiitu dan memilih memperhatikan lelaki di sebelah kirinya yang masih serius dengan si pembina-tidak menggubris perhatian Kaya sedikitpun. Padahal ia laki – laki, tapi kenapa lebih memilih memperhatikan si pembina laki – laki itu juga? Apa dia … HAH?! FAGOT?! Oh tidak! Kaya mulai berpikir yang tidak – tidaksaat itu dan lebih memilih melihat si pembina juga daripada memperhatikan seorang yang ia pikir F-A-G-O-T.
Bosan memperhatikan si pembina, ia teringat akan lelaki di sebelah kanannya yang tertidur seperti jerapah. Ia kembali melihat si lelaki itu. memperhatikannya dari ujung kepala sampai ujung kaki karena mati penasaran dengan tingkah lakunya. Matanya terpejam, hidungnya mancung dan terbilang cukup bagus bagi Kaya, bibirnya tipis-tertutup rapat-, kedua tangannya menggenggam selempang ranselnya dengan lemas, ia memakai jaket biru tebal dan celana olah raga warna hitam yang biasa dipakai orang – orang saat lari pagi, juga sepatu kets putih.
Si pembina selesai dengan pembicaraan panjangnya yang tidak tertangkap satu kata pun oleh Kaya yang sibuk dengan dunianya sendiri-memperhatikan orang lain. Ia pikir ia hanya akan mengikuti apa yang diikuti peserta lain dalam kelompoknya nanti saat kegiatan dimulai. Si pembina mulai berjalan kea rah Barat, diikuti dengan peserta lain di kelompok itu. merasa tak ingin manusia tukang tidur ini tertinggal, ia menepuk pundaknya

ya! ayo pergi”
Lelaki berkupluk merah dengan motif putih itu merasa ditepuk dari kiri, dan ia segera menoleh ke kanan. Menurut pelajaran yang sudah diberi ibunya, ‘jika kau ditepuk dari kanan, tengoklah ke kiri dan sebaliknya. Biasanya para maling suka menepukmu dari kanan, dan mengambil barang yang ada di seblah kirimu entah apa’. dan hal itu sudah ditanamkan sejak kecil, juga sudah menjadi kebiasaan lelaki itu. merasa taka da copet dan tersadar sedang berada di area camping, ia menoleh kembali ke kiri dan melihat seorang wanita yang terlihat kebingungan dengan tingkah anehnya.
Mata mereka berdua melotot, tanda terkaget
“BAEKHYUN-SSHI?”
“KAYA?” mereka berteriak bersama setelah bertatapan tanpa menghiraukan suaranya. Karena mereka sadar sedang berada di lapangan yang luas dan kemungkinan kecil da yang mendengar suara keras bak guntur mereka.
“sudah, ini bukan saatnya berbicara apa – apa! kita sudah tertinggal! Ayo!” Kaya menggandeng tangan Baekhyun dan segera mencari kelompok mereka yang entah sudah kemana. Mereka berlari, mencari kesana kemari. Dan Baekhyun bertanya saat berlari :
“bagaimana kau tau yang mana kelompok kita? Disini banyak sekali pesertanya!” tapi Kaya tidak menjawab. Ia kemudian merasa melihat sesuatu. Ia melihat lelaki tinggi berjaket kuning dan beberaoa orang lain yang sudah ia lihat sebelumnya di kelompok tadi sedang minum dan berbincang – bincang-mungkin berkenalan. Merasa menemukan kelompoknya, ia tetap menggandeng temannya dan menuju ke sana
“kau yakin ini kelompok kita?”
Kaya mengangguk, tersenyum, mengiyakan
“bagaimana kau bisa tau?”
Kaya menjawab sambil berbisik
“psst! Tadi, saat berkumpul bersama kelompok, aku memperhatikan pria disana itu, yang pakai jaket kuning itu lho.. tampan, bukan? Ia tadi berdiri di sebelahku, tapi ia tak menghiraukan perhatianku, jadi ya sudahlah.. maka dari itu aku yakin ini kelompok kita”
Baekhyun terus mengangguk saat Kaya menjelaskan apa saja yang ia ketahui dan melihat ke arah pria berjaket kuning yang sedang tertawa bersama peserta lain saat Kaya memberinya ciri – ciri itu.
“aah.. begitu..” Baekhyun hanya menjawab seperti itu. merasa lega menemukan kelompoknya, sekaligus cemburu dengan siapa lah nama orang yang tak ia kenal itu yang diperhatikan temannya sedari tadi
“mm!” Kaya mengangguk, tersenyum, tatapannya lega
“tapi, dunia ini sempit sekali, ya?”
“iya! aku tak menyangka bertemu denganmu disini!”
“aku juga! Bisa satu kelompok lagi! kenapa kau ikut acara ini?”
“aku diajak kakak sepupuku.. bagaimana denganmu?”
“aku berjanji bertemu dengan teman kecilku disini setelah sekian lama tak bertemu”
“wah! Tersengar menyenangkan sekali! di kelompok berapa ia?”
“kelompok 3.. kakak sepupumu bagaimana?”
“dia kelompok 5.. oh ya! kau hebat sekali bisa tertidur sembari berdri!”
“hahaha itu sudah kebiasaan” mereka tertawa
“hah? Tapi kau di sekolah selalu terlihat ceria”
“tidak juga, saat aku di kelas sebelumnya, aku tukang tidur di kelas dan selalu tertidur saat upacara”
“tapi mengapa di kelas barumu kau tidak melakukannya? Itu pasti lucu sekali hahaha”
“itu karena ada kau” Baekhyun menjawab, polos, tanpa tatapan rasa bersalah, menatap Kaya dalam dan melihat mata Kaya terlihat kebingungan mendengarnya.
“hahahaha kau lucu sekali Kaya!”
Kaya tidak menjawab, menundukkan kepalanya, malu

“perlu diperhatikan, dunia ini sempit walaupun luas”

Malam pun datang menjemput indahnya langit sore dan menggantikan jaga malamnya dengan warna yang lebih gelap, gelap, dan lama kelamaan menggelap, kelam. malam minggu. Jam – jam segini biasanya Kaya sudah menjelajah mall favoritnya bersama ibunya untuk berbelanja apapun atau sekedar cuci mata. Secara, Kaya memang berasal dari keluarga kaya. Ayahnya adalah seorang pemimpin perusaahan minyak ternama milik Amerika di Korea. Kaya lebih sering berjalan bersama ibunya, dikarenakan ayahnya sering keluar masuk negri orang lain karena urusan pekerjaan. Enaknya adalah, setiap pulang dari manapun selalu dibawakan oleh – oleh yang rapi terpajang di kamarnya, apapun itu. topi, bendera negara kesukaanya-Amerika-yang tertempel di tembok kamarnya, bahkan ia merangkai ranting – ranting pohon menjadi kerangka sebuah batang pohon saat musim gugur dan menggantungkan gantungan kunci oleh – oleh ayahnya disana. Ibunya dulu saat ia kecil adalah seorang penjual daging babi-daging yang paling diburu masyarakat sekitar-, tapi sudah berhenti sejak Kaya masuk SMP karena merasa bertanggung jawab untuk mengurus sekolah anaknya. Mengajari, membimbing, menyemangati. Itu sebabnya keluarganya bisa dikatakan sangat kaya, tapi Kaya sendiri tak pernah mau mengakui hal itu selama ini-tidak hanya dirinya, tapi juga ayah dan ibunya. Bahkan rumah mereka juga sederhana. Sama dengan rumah – rumah di kompleknya, dan berlantai 2-sebenarnya 3, tapi yang lantai ketiga bisa dikatakan hanya lantai 2 setengah karena itulah kamar Kaya, berada di paling atas, tepatnya di loteng rumah, tapi tidak bisa dikatakan loteng juga, hanya lantai 2 setengah yang jiks rumahnya dilihat dari atas aka nada sebuah atap kecil di sebelah ujung kanan atapnya, itulah kamarnya. Tidak mau mengaku kaya, karena Kaya hanya ingin berteman sama dengan teman lainnya di sekolah, sama rasa.
tapi sekarang, ia sedang berada di tempat lain-tepatya di tempat yang jauh dari berbagai mall dan hanya bisa melihat banyak pohon tapi tak selebat hutan. malam itu berbeda dengan malam minggu Kaya biasanya! biasanya ia melihat lampu mall yang mencolok dimana-mana. tapi kali ini hanya sebuah api unggun yang menerangi malamnya tanpa membuatnya hangat sedikitpun karena ia berada di baris agak belakang bersama Baekhyun yang dudk di sebelahnya-padahal malam itu cukup dingin.

“hachiiim!” tiba – tiba terdengar suara imut tapi mengagetkan di telinga Baekhyun. Ia melirik wanita yang duudk di sebelah kirinya. Ia sedang menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan memejamkan matanya, lalu melek, lalu terlihat menarik napas.
BaekHyun yang melihat kejadian itu langsung melepas mantelnya dan memakaikannya pada tubuh Kaya. Kaya kaget, lalu menoleh bingung kea rah Baekhyun.
"kau hanya memakai kaus lengan panjang seperti itu? apa tidak kedinginan? Sudah, tidak apa – apa.. lagian aku juga sudah pakai jake—"
jari telunjuk kanan Baekhyun menyentuh bibir Kaya yang masih terbuka sedikit sambil berkata "sstt" tanda menyuruhnya berhenti membicarakannya sambil tersenyum dan menatap Kaya yang kebingungan dan pipinya memerah. “sudah, pakai saja.. kembalikan besok, aku sudah terbiasa seperti ini” lalu melepas jari telunjuknya perlahan, perlahan sangat pelan sampai meninggalkan sebuah gesekan sekitar 3 milimeter di bibir Kaya dan terbekaslah goresan yang ditinggalkan bibir kaya pada jari telunjuknya. Walaupun tak terlihat, Baekhyun dapat merasakannya. Hangat, begitu hangat. Sampai ia genggam tangannya dan kemudian menempelkaannya di dada sebelah kiri, tanda goresan itu sekarang berada di hatinya, hidup bersama hatinya, ikut berdetak bersama hatinya, ia tersenyum, senang.

“kau hidup di sini sekarang, bersama jantungku”

malamnya setelah acara api unggun yang tak menghangatkan tubuh Kaya sama sekali, tepatnya pukul 12 malam-atau mungkin lebih beberapa menit. semua peserta sudah tertidur pulas karena merasa capek dengan kegiatan hari ini. pengarahan, penjelasan, ada game sedikit, lalu kesimpulan barusan tadi. tapi tidak untuk Kaya. kalau lewat jam 10 belum tidur, ia tidak akan tidur sampai pagi-atau lebih tepatnya kali ini ia tak bisa tertidur bukan karena itu, tapi karena teringat telunjuk Baekhyun yang gesekannya masih terbekas disini, di bibirnya. Membuatnya terus memegangi bibirnya dan memikirkan hal tadi. di dalam tenda, ia celingak – celinguk, lalu terbaring lagi setelah melihat semua sudah terlelap dalam mimpi masing – masing termasuk Sooni eonni. ia kemudian berusaha tertidur lagi dengan memakai kacamata tidurnya yang ia dapatkan dari berbagai penerbangan di pesawat, bewarna biru, dan ia bawa satu kesini karena masih memiliki banyak stok di rumahnya akibat terlalu sering pergi naik pesawat dengan waktu yang lama, dan mengharuskan si pramugari membagikan benda itu pada para penumpangnya. Tapi tetap saja, ia tak bisa. Akhirnya ia menaikkan kacamatanya itu dan tidak melepasnya, lalu pergi keluar tenda dengan harapan bisa melihat bintang – bintang dengan jelasnya, sendirian, tanpa ada yang mengganggu. saat keluar dan berjalan-jalan kecil mencari udara segar, ia melewati tenda para lelaki. ada seorang juga yang duduk di depan tenda sambil melihat bintang sepertinya-bedanya, ia duduk, sedangkan Kaya sambil berjalan - jalan. orang itu juga senasib dengan Kaya-sepertinya.
Kaya terdiam, mematung, memperhaikannya. Merasa ada yang memperhatikannya, lelaki itu berdiri, kaget, dan berjalan menghampiri Kaya. Kaya tersenyum, tertawa kecil, lalu menatap.

“ayo duduk” ajak lelaki itu dan langsung duduk di rumput malam itu, disusul Kaya
“mengapa kau disana?”
“melihat bintang, kau?”
“aku juga” mereka tersenyum “baru kali ini aku melihat seorang lelaki melihat bintang – bintang di langit”
“hahaha iya aku sedang menunggu”
“menunggu apa?”
“bintang jatuh”
“ooh.. aku juga” mereka fokus pada langit malam itu
"mengapa kau belum tidur?" tanya Baekhyun
"aku tak bisa tertidur.. mungkin aku akan menunggu sampai besok pagi saja"
“kau tidak capek besok pagi? Lebih baik kau tidur saja, Kaya”
Kaya menggeleng, layaknya menjawab ‘tidak’
“kau sendiri kenapa belum tidur?” lanjut Kaya
"kau mau menjadi pacarku?" bukannya menjawab pertanyaan Kaya, BaekHyun malah melontarkan pertanyaan yang melenceng dari topik dengan tatapan kosong, namun menatap Kaya tajam, penuh harap, tapi tanpa dosa 
"ya?" Kaya kaget. hanya 4 kata yang terucap, tapi hal itu berhasil membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, tak beraturan. Jika BaekHyun memiliki indra pendengaran yang tajam, mungkin sekarang ia sudah bisa mendengar detak jantung itu.
"jawab saja.. tolong" BaekHyun menunggu jawaban Kaya sembari menagihnya lembut
"ah, tentang itu.. bagaimana kalau jawabannya pada tes matematika senin besok? kalau kau mengalahkan nilaiku, aku akan menjawab 'ya!' tanpa perlu kau suruh"
"hoamm.. ya sudah, siapa takut" Baekhyun menguap, dan mereka kembali memperhatikan langit hitam kelam yang hampir terlihat tanpa awan itu.

Tiba – tiba saja setitik cahaya melintas miring dari Barat menuju Timur dan dapat terlihat sangat jelas karena sekarang mereka tak sedang berada di perkotaan, melainkan berada di tempat yang lebih tinggi dari kota. Jadi, bintang – bintang disini bisa terlihat lebih banyak, jelas, bahkan sebuah bintang jatuh pun terlihat

“woah!” Kaya kaget, tapi tetap mengendalikan suaranya agar tak terlalu keras. Ia sadar peserta lain sedang tertidur dengan pulasnya
“ayo buat permohonan”
Kaya mengangguk, lalu mereka memejamkan mata sambil tersenyum-bahkan mata mereka juga terlihat ikut tersenyum
“apa yang kau inginkan?” tanya Baekhyun setelah mereka selesai membuat permohonan
“hmm.. lebih baik tidak diberitahu.. katanya, jika diberitahu tak akan terwujud”
Baekhyun mengangguk pelan, pasrah, dan mengiyakan
“baiklah” jawabnya
“kau membuat berapa permohonan?”
“dua, kau?”
“apa saja? hanya satu”
“kau bilang tidak boleh diberitahu?”
“oh iya, maaf aku lupa. Ya sudah, kuharap permohonanmu itu terwujud”
“benarkah? Kau yakin baru saja berkata seperti itu”
Kaya mengangguk
“terima kasih, kuharap permohonanmu juga terwujud”
“terima kasih juga”
“tapi, kau yakin baru saja berkata seperti itu? apa pendengaranku yang salah?”
“tidak, benar aku baru saja berkata sepe—“

Belum smpat melanjutkan kata selanjutnya-bahkan suku kata berikutnya pun belum. Baekhyun sudah bergerak cepat secepat kilat di hari hujan. Ia menempelkan bibir tipisnya dengan cepat pada pipi kiri Kaya dan hal itulah yang membuat Kaya berhenti berbicara dan membelalakan matanya. Tapi Baekhyun hanya merasakannya sebentar. Sebuah kilat saja hanya menyala 1 detik, begitu juga dengan Baekhyun yang hanya menempelkan bibirnya, dan langsung melepasnya lagi. lalu ia kembali menatap langit penuh bintang dengan tatapan senang dan sedikit tersenyum, tanpa menghiraukan pandangan Kaya. Mengapa ia hanya mencium pipinya? Karena wanita ini terlihat sangat lucu di matanya saat pipinya mulai memerah karena malu hahaha! Kaya menatap bingung, kaget, dengan tatapan yang seolah berkata ‘beraninya kau!’ tapi terkadang juga terlihat seperti berkata ‘apa ini? ini surga pertama yang datang dalam hidupku’

“terima kasih karena telah mewujudkan salah satu permohonanku”
Kaya masih terdiam, menatap Baekhyun dalam, lalu kemudian tersadar
“ehem” wanita itu berdehem
“kau yakin, bukan tadi aku tak salah dengar?”
“tidak, kau memang tidak salah. dan tidak, tidak aku juga tidak menduga akan seperti ini jadinya”
“maaf”
“tidak apa, bukankah aku yang sudah berjanji?” lalu Kaya tersenyum, senang tanpa sebercak pun penyesalan dalam tatapan matanya

“semoga aku rela berbohong pada ujian pelajaran yang paling kusukai di dunia ini nantinya”-Kaya bersama permohonan aslinya

Hari Senin pun tiba. Tepatnya hari yang BaekHyun tunggu – tunggu dengan dagdigdug jantungnya yang tak henti berdetak kencang. pulang camping, ia segera mengambil buku dan belajar matematika mati - matian demi mengalahkan nilai Kaya. Ia mengingat kata – kata yang Kaya ucapkan satu per satu saat mengajarinya waktu itu, dan ia dapat mengerti semuanya dengan baik. Ahn sonsaengnim mulai membagi kertas ulangan pada murid - muridnya. bagitu BaekHyun mendapat soal, ia langsung menanggapinya dengan serius. Kaya yang berada di sebelahnya melihat kerja keras anak itu dan tersenyum simpul, ikut senang. begitu ia melihat soal ulangan hariannya, ia menganggap soal hari itu adalah soal  yang saaaangat gampang baginya. tapi begitu melirik kembali ke arah BaekHyun yang sudah mulai menulis dengan serius-dan sesekali melihat ke langit – langit kelas seraya berpikir, ia tak tega dengan kerja keras anak itu dan mengingat kembali yang terjadi pada malam itu-malam dimana ia mengucapkan permohonannya dalam hati. setelah itu, ia mulai mengerjakan soalnya. Sulit rasanya. Soal yang begitu gampang terasa sangat sulit baginya untuk menulis saja. tangannya kaku, otaknya memaksa, tapi hatinya bergerak lembut dan mengarah pada Baekhyun, Baekhyun seorang.
waktu mengerjakan pun habis. begitu Ahn sonsaengnim menerima semua lembar jawaban, ia memberi soal latihan pada murid – muridnya

"aduuuuh pak! kan kita baru mikir keras buat ulangan tadi. masak dikasi soal latihan lagi?" keluh JiTae yang disusul ‘iya-an’ dari seisi kelas kecuali Baekhyun dan Kaya yang saling bertatapan tanpa sepatah kata pun
"mau pekerjaanya cepat dikoreksi atau tidak dimasukan nilai, hah?" terjadi keheningan kembali di kelas itu. dan semua muridnya kembali menunduk, mengerjakan soal latihan itu.

begitu Ahn sonsaengnim selesai mengoreksi jawaban, ia membagikannya pada murid di kelas itu saat mereka sedang serius mengerjakan si soal latihan. Sampailah Ahn sonsaeng di meja BaekHyun. ia berkata "ini lembar jawabanmu. kerja bagus! hanya salah satu" aissh! satu nomer?! BaekHyun-a! kamu hanya kurang teliti!! Ya ampun! begaimana kalau wanita ini salah 0?! aiissshhh!! keluh BaekHyun dalam hati saat melihat letak kesalahannya, dan tetap mengucapkan ‘terima kasih’ sambil memperlihatkan senyum palsu pada gurunya itu.
setelah itu, Ahn sonsaengnim menghampiri Kaya dan berkata "belajar lebih giat lagi, ya" detak jantung BaekHyun mendadak berhenti-atau tidak berhenti tapi seperti berhenti-mendengar Ahn sonsaeng berkata seperti itu
"kau.. salah berapa?" tanya BaekHyun-lemas. tapi Kaya tidak menjawab pertanyaan BaekHyun, melainkan malah memperlihatkan lembar jawabannya langsung.
Baekhyun kaget, matanya melotot, serasa ingin menangis entah karena apa dalam hatinya. Terharu? Atau justru bersedih?
Tapi kemudian Baekhyun tersenyum, senang, sekaligus bangga dengan dirinya sendiri lalu menatap wanita yang duduk di sebelah kanannya itu dalam

“tepatilah janjimu”-Byun Baekhyun bersama kedua permohonannya yang terwujud

ucapan terima kasih untuk :

siapapun yang dulu memesan ff ini, terima kasih
ERIKA DANNY MULYADI yang setia mengedit ff ini, terima kasih! ^^ i love ya all!

Comments

Popular Posts