MY ANCIENT POST #1

[PERHATIAN] bukannya author nyontek karya punya orang laen-dari blog laen-! Tapi SERIUSAN ini karya author ASLI 100% *anjay kaya madu aja ajak -_,-a* !!! karna ini proyek author/? Nge post ulang karya di blog author sebelomnya, [kalo gacaya buka aja khashawol.blogspot.com , liat disana ERIKA MULYADI itu nama author, ciyus dah -_,-] jadi, jan bash author nyuri karya orang yak wk

Karena waktu itu author sudah berjanji pada kalian semuah para reader yang selalu dapet mwah everyday from author/? /gaa author nepatin janjinya yak.. kira” ada 9 ato 10 ff di blog lama author dah gitu author lupa.. dan inilah yang akan kalian baca nantinya :3

INI DIA KARYA LAMA AUTHOR YANG MUNGKIN BISA DIBILANG LEBIH RENDAH TINGKATNYA DARI KARYA SEKARANG/? *TAPI GATAU LAGI, KALIAN YANG NILAI INI, KAN?* YANG SUDAH DI REPARASI ULANG/? HAPPY READING, ALL~!

ps : untuk melihat karya asli tanpa reparasi, bisa langsung klik khashawol.blogspot.com .. terima kasih :))

Author : @tiedmy

present,


#Imagine you’re JUNG HAERIN-seorang siswi SMA yang masa lalunya suram/?!

"OPPAA!! "
"ah! HaeRin-a..." lelaki itu menoleh ke belakang saat seseorang memanggilnya-suara yang sangat dekat dengan pendengarannya selama ini
"oppa! hari ini aku lomba.. jadi seragamku beda sendiri.. liat deh" balasnya sambil menunjukan seragam hari Rabu, sedangkan hari ini adalah hari Senin
"ah.. kalau begitu.. semangat!" kata YoonPyo, pacar baru HaeRin sambil mengepalkan tangan kirinya dan tersenyum-tepatnya senyum paksa

'krriinnggg!!'

"ahh! aku harus cepat berkumpul! oppa semangat juga sekolahnya, ya? sudah bel, cepat masuk kelas"
"ya sudah.. semangat ya!!" kemudian HaeRin berlari mencari teman-temannya yang lain.

“seorang wanita yang sayang betul dengan pria-nya akan sangat bahagia saat bertemu”

aku menang! walaupun cuma juara 3... oppa pasti seneng!! kata HaeRin dalam hati sambil senyam - senyum sendiri menyusuri lorong sekolahnya. ia mencari oppa-nya di kelas atas, tapi tak ada. sudah dicari kemana – mana, tetap tidak ada. apa dia sakit? HaeRin mulai cemas. selama seminggu ia menjadi pacarnya, YoonPyo selalu menceritakan semua masalahnya pada HaeRin. jadi HaeRin pikir, pacarnya itu tak mungkin sakit.
sampai bel masuk berbunyi pun, HaeRin sama sekali tidak menemukan pacarnya. ia pasrah dan masuk ke kelas dengan wajah lesu dan masih toleh kanan dan kiri seakan pacarnya itu satu kelas dengannya. teman sebelah HaeRin bingung melihat kelakuan gadis cantik disebelahnya hari itu.

"kau.. kenapa?" tanya KIM JONGIN, teman sebelah HaeRin. tapi HaeRin tak langsung menjawab.
beberapa saat kemudian, akhirnya ia mengeluarkan sepatah kata, satu per satu
"aku.. bingung.."
"bingung? kenapa?"
"JongIn-a.. kau melihat YoonPyo oppa pagi ini? So YoonPyo, kakak kelas kita itu. kau tau kan?" tiba-tiba HaeRin berbicara dengan tatapan serius, tapi tergesa, juga bercampur cemas
"ahh.. pacarmu itu?" HaeRin mengangguk. dan setelah itu, Kang sonsaengnim masuk kelas dan membuat puluhan pasang mata di kelas itu tertitik pada wajah guru tersebut. termasuk HaeRin yang mendadak serius melihat Kang sonsaeng. sementara JongIn masih memperhatikan HaeRin.
"sebenarnya..." JongIn ingin mengatakan sesuatu, tapi melihat HaeRin yang sudah serius dengan mulainya pelajaran pagi itu, ia mengecilkan suaranya dan tidak melanjutkan kata-katanya. lagian, tidak ada respon juga akhirnya

'Teetttttt!! teeetttt!!!' bel istirahat pun berbunyi. HaeRin langsung cepat-cepat keluar dari kelasnya, berlari sambil mencari-cari pacarnya. ia sudah tidak sabar memberitahu kemenangannya pada lelaki yang ia cintai itu. akhirnya, ia sampai di depan kelas 12-2. saat pacarnya keluar dari kelas itu, HaeRin langsung tersenyum lebar.

"aah!! oppa!" 
"HaeRin-a..."
"oppa!! aku.." belum sempat HaeRin melanjutkan bicaranya, YoonPyo memotong
"kau mau makan?"
"ya? tidak" jawab HaeRin sambil menggelengkan kepalanya
"bisa ikut aku sebentar?"
"tentu saja. kemana?"

setelah itu, YoonPyo langsung menggandeng tangan HaeRin. wajah HaeRin bingung sekaligus senang. karena ia senang menerima kehangatan dari tangan YoonPyo. mereka sampai di lorong sekolah. tempatnya lumayan sepi, walaupun masih ada anak-anak yang melewati jalan itu. karena jalan itu adalah jalan lain menuju kantin.
"ada apa?" tanya HaeRin. saat itu pula, ada seorang lelaki yang mau melewati lorong itu-rencananya-berjalan sambil memakai headphone-nya dengan santai. dan saat ia melihat HaeRin dan YoonPyo bercakap-cakap, ia langsung berhenti dan membuka headphone-nya-tepatnya, agar bisa mendengar apa yang mereka bicarakan-walaupun jaraknya tidak terlalu jauh, ia berharap bisa mendengar dialog mereka dan berharap juga kalau mereka tidak melihatnya. Lelaki berkulit lumayan gelap itu mulai 'menguping'.

"umm.. bagaimana kalau kita putus?"
"APA?!" tidak hanya HaeRin yang kaget, tapi lelaki yang dari tadi menguping itu juga tiba-tiba membelalakan matanya
"tapi oppa, kenapa? Apa alasannya?" HaeRin masih berharap akan YoonPyo. karena YoonPyo itu pacar pertamanya. mereka juga baru menjalin hubungan selama seminggu. dan tanpa HaeRin sadari, air mata telah menetes dan membasahi pipinya.
"aku.. tidak bisa!" YoonPyo langsung meninggalkan perempuan itu. kemudian HaeRin hanya bisa jatuh dalam keadaan duduk dan menangis, deras. ia tidak berusaha memanggil pacarnya itu lagi. karena ia sadar kalau ia mungkin tidak sesempurna seperti yang lelaki itu  mau. lelaki yang sedari tadi menguping itu kaget melihat HaeRin terjatuh lesu. ia langsung berlari dan menghampiri gadis itu
"kau tak apa?" namja itu khawatir. air mata HaeRin menderas. dan saat ia melihat wajah lelaki itu, ia berkata :
"JongIn-a?" walaupun penglihatannya agak samar karena mata yang dipenuhi air, HaeRin masih dapat mengingat wajah teman sebangkunya itu
"kau.. kenapa? jangan menangis" JongIn mengusap air mata di wajah HaeRin dan perlahan, sang gadis berhenti menangis. 
"aku... apakah aku tidak sempurna?"
"semua orang tidak ada yang sempurna.. aku juga tidak sempurna. kenapa?"
"tidak! pasti ada wanita yang sempurna sampai oppa memutuskan hubungan kita!" seolah-olah, HaeRin tidak percaya dengan perkataan JongIn. Ia membentak sesaat
"huh! ayo sudah! tidak usah memikirkan hal itu lagi. sebentar lagi kelas dimulai. " Kim Jongin terlihat capek melihat sifat teman sebangkunya itu. akhirnya mereka berdiri dan berjalan menuju kelas.

"oh ya! bagaimana dengan lomba menyanyimu kemarin?" sampai di kelas, JongIn mencoba menghibur HaeRin-dan ia berharap itu berhasil
"hanya juara 3.. aku tidak sempurna kan?" tatapan HaeRin kosong
"umm.. tidak juga, lebih baik belajar lebih giat lagi. kamu pasti bisa juara 1!"
"tidak! aku tidak mau ikut lomba lagi!"
"kenapa? suaramu bagus"
"mungkin lomba kemarin penyebab putusnya hubungan ini"
"apa hubungannya? tidak ada” JongIn bingung
"tadi.. sebenarnya aku ingin memberitahu kemenanganku pada YoonPyo oppa. tapi belum sempat aku berbicara, ia sudah memutus hubungan kita. bodohnya diriku!" 
"ya! HaeRin-a.. tidak ada orang bodoh di dunia ini. jangan berbicara seperti itu" setelah itu, bel berbunyi. pelajaran dimulai. percakapan HaeRin dan JongIn terhenti sampai disitu. 

sudah 1 jam pelajaran matematika yang membosankan berjalan. JongIn tidak suka matematika. oleh sebab itu, ia tertidur pulas di kelas itu. Park sonsaengnim tidak tahan melihat seorang siswa yang berani tertidur di kelasnya. 

"HEI! BRANI-BRANINYA KAMU TIDUR DI KELAS SAYA!" semua murid kaget. tapi JongIn masih terlelap dalam alam mimpinya. HaeRin sampai bingung melihat JongIn. karena tidak bangun juga, Park sonsaengnim mendatangi meja JongIn dan menggebrak mejanya.
"HEI!! BANGUN!!" perlahan-lahan, JongIn membuka mata. saat matanya sudah terbuka lebar, ia kaget melihat sosok Park sonsaengnim disana
"ah, maaf pak"
"maaf?!  begitu cepatnya saya bisa memaafkan kamu? Kamu dihukum! cepat menari di depan kelas!" seisi kelas menertawakan JongIn-termasuk HaeRin yang walaupun, hanya tertawa kecil-tapi JongIn tetap berdiri dan maju ke depan kelas. ia mulai menari tanpa rasa malu di sana. setelah itu, ia kembali ke tempat duduknya dan duduk kembali dengan wajah santai tanpa semburat merah sedikitpun di pipinya. HaeRin bingung melihatnya. wajar, JongIn memang suka menari. itulah kehidupannya. ia memang bukan anak yang pintar. maka dari itu, ia agak malu saat bertemu HaeRin. karena apa? karena sejak duduk di bangku SMP, ia sudah menyukai gadis itu. sedangkan lelaki idamannya adalah seorang lelaki yang lebih pintar darinya. 

“FRIENDZONE, I hate you”

seminggu kemudian,
pelajaran seni dimulai. ini adalah pelajaran favorit murid di sekolah itu. termasuk HaeRin dan JongIn. tapi selama seminggu itu, wajah HaeRin masih saja lesu. berbagai cara dicoba JongIn untuk menghibur temannya itu, tapi tak ada hasil. Hasilnya, mungkin HaeRin hanya tertawa kecil sejenak, lalu kembali dengan wajah lesunya.

"HaeRin-a" Lee sonsaengnim-guru seni mereka-mendatangi HaeRin yang sedang duduk memojok bersama JongIn.
"ne sonsaengnim?" HaeRin langsung berdiri
"kamu.. bisa ikut lomba menyanyi lagi? untuk perwakilan kelas saja.. kan bulan depan, akan ada lomba antar kelas.."
"umm... saya… mungkin tidak bisa sonsaengnim” HaeRin menjawab dengan lesu sambil menunduk.
“Kenapa? Apa ada yang salah dengan suaramu akhir-akhir ini?” tidak hanya Lee sonsaeng yang kaget. JongIn yang sedari tadi melongo sambil menguping pembicaraan gurunya dengan HaeRin itu mendadak menatap HaeRin tajam.
“ah.. itu.. bagaimana kalau sonsaengnim menunjuk HyeRong saja? Dia kan juga pintar menyanyi” HaeRin berusaha mengalihkan pembicaraan dan menunjuk HyeRong yang sedang bercakap-cakap dengan ‘geng’ nya di sisi ruangan yang lain.
“ya.. memang sih.. tapi sonsaengnim lebih memilihmu. Karena menurut saya, nyanyianmu selalu berasal dari hati”
“maaf sonsaengnim.. saya tidak bisa. sekali lagi saya minta maaf” HaeRin yang sangat merasa bersalah itu membungkukan badannya
“ah.. tidak usah begitu. ya sudah, sonsaengnim tidak memaksa. terima kasih yang HaeRin-a” setelah Lee sonsaengnim meninggalkan HaeRin, HaeRin langsung duduk kembali tepat di sebelah JongIn.
“kau kenapa?? Ada yang salah?!” tanya JongIn santai
“bukankah aku sudah bilang? Aku tak mau ikut lomba lagi!”
“jadi masalahnya cuma gara – gara itu?! Hya!! Pikir sekali lagi!!” nada JongIn yang tadinya santai tiba – tiba berubah. Ia berusaha menyadarkan wanita bodoh yang berada di sebelahnya itu.
“aku sudah memikirkannya berkali-kali. percuama saja” HaeRin menjawab dengan tatapan kosong.
“Anak ini benar-benar!”
“kau sendiri? Kenapa kau tidak mencoba ikut lomba antar kelas bulan depan?!”
“kau pikir aku tidak ikut? Aku sudah terdaftar”
“APA? Lomba apa? Mewarnai?? hahaha” HaeRin yang seolah – olah tidak percaya itu mencoba berguarau sedikit
hya! Kau pikir aku ini anak umur berapa?! Aku ikut lomba tari modern. Kenapa?”
“hihihi! ya maaf. ah.. semoga berhasil” tawa kecil HaeRin membuat perasaan JongIn senang. Dengan begitu, ia berhasil membuat perempuan yang sudah 2 tahun ia sukai itu tertawa. Ditambah lagi, wanita yang sekarang duduk tepat di sebelahnya itu menyemangatinya. Walaupun kata-kata semangatnya hanya terdiri dari dua kata, ‘semoga berhasil’

“sejak kapan hari kesialan dibawa seumur hidup, bodoh?”

Sebulan kemudian,
Waktu lomba yang ditentukan pun tiba. Selama sebulan itu, anak – anak terpilih sudah latihan mati-matian. Termasuk JongIn yang setiap pulang sekolah latihan bersama guru seninya dan membuat nilainya agak turun. ia akan mengerahkan semuanya hari ini. Demi HaeRin, agar bisa mengembalikan senyum manis di wajah cantik perempuan itu.

“lakukan yang terbaik JongIn-a! kamu pasti bisa! Latihanmu selama itu juga sudah ok kok” kata guru seni JongIn yang selama ini mendampingi muridnya itu beberapa menit sebelum lomba dimulai, sambil mengacungkan dua jembolnya
“pasti, pak” JongIn menjawab dengan wajah yakin. Setelah itu, seorang wanita datang ke belakang panggung, tempat JongIn berada. Melihat dirinya yang mebawa sebuah kotak datang, guru seni JongIn yang bernama Yoon sonsaengnim itu langsung pamit dan meninggalkan JongIn.
“ah.. saya pamit dulu ya. sepertinya ada yang mencarimu” Yoon sonsaengnim tersenyum dan meninggalkan JongIn, sambil menepuk pundak muridnya
“ke.. kenapa sonsaengnim? Siapa yang mau menamuiku?” JongIn masih bingung. Dan saat ia melihat ke sebelah kirinya, seoarang wanita sudah berdiri di situ. “ah.. HaeRin-a”
“hihi.. ini.. tadi pagi kubuatkan kotak bento untukmu. kau pasti capek nanti. Jadi, makan ini ya nanti! Jangan lupa!” kata HaeRin sambil memberikan kotak bento tersebut pada JongIn.
“ah.. terima kasih. sebentar lagi acaranya dimulai.. aku gugup sekali tampil di atas panggung”
“Tidak usah takut! Buktinya, saat tampil di depan kelas wajahmu terlihat santai saja.. anggap saja tidak ada orang di depan matamu. Aku yakin kamu bisa! Kalau begitu, aku pergi dulu ya.. aku pasti melihat penampilanmu! Arasseo?! Kim JongIn FIGHTING!”
Jongin menatap, hening, melongo, kosong

“kau tau, apa alasan jantung ini terus berdegup sedangkan napas seketika berhenti saat bertemu denganmu? aku pun tak mengerti”

Acara pun dimulai. Sudah banyak pasang mata yang mengerumuni panggung. Termasuk HaeRin yang sudah menunggu penampilan teman sebangkunya itu.
Beberapa saat kemudian, peserta lomba tari keluar. Mereka menampilkan penampilan solo mereka di atas panggung, di depan ratusan pasang mata. Juri yang ada terlihat menikmati penampilan para murid. Dan matanya lebih terlihat heran saat JongIn tampil. Juri yang menilai saja bingung, anak SMA seperti dia? Manusia atau bukan? Mengapa bisa melakukan gerakan – gerakan yang rumit sekalipun?
Mereka menyukai penampilan JongIn dan memasukannya ke babak final. HaeRin yang menyaksikan pengumuman saat itu langsung berteriak paling keras diantara penonton lain. JongIn yang melihat kelakuan wanita tersebut hanya bisa tersenyum sambil menarik napas panjang
JongIn-a! selamat ya! Aku tau kamu capek.. jangan lupa makan ^^ FIGHTING!’ Sesampai di elakang panggung, JongIn langsung menerima sebuah pesan masuk yang ternyata dari HaeRin. Setelah itu, ia melihat ke arah bento box yang diberinya tadi. Ia mulai membuak dan melihat isinya. Sebenarnya, ia masih kenyang dan berpikir, kalau setelah ini final dan ia akan melakukan berbagai gerakan rumit, ia takut muntah saat di panggung karena makan sebelumnya.. jadi, ia meletakan bento box itu kembali. Maafkan aku HaeRin-a.. aku yakin makanan buatanmu itu enak. tapi.. aku tidak bisa memakannya sekarang. aku janji! Nanti pasti akan kumakan! JongIn tidak membalas sms HaeRin dan hanya menjawabnya dalam hati. Karena ia takut menyakiti hati HaeRin jika ketahuan ia tidak memakan bento buatanya itu.
Final akhirnya dimulai. Dari berbagai peserta perwakilan kelas, sekarang tinggal 3 peserta yang tersisa untuk dicari sang juara 1, 2 , dan 3. Termasuk JongIn! Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk melakukan yang lebih baik lagi untuk saat ini. Gerakan yang ia lakukan juga lebih rumit dari yang sebelumnya. Membuat salah satu dari 4 juri yang menilai melongo. Sedangkan yang lain hanya membelalakan matanya seolah tidak percaya dengan kemampuan anak SMA itu

“peserta yang ini.. siapa namaya? Aku lupa” salah satu juri berbisik pada juri yang lain
“itu Kim JongIn”
“oh iya! Kim Jongin”
“tentang penampilannya, saya tidak dapat berkata apa-apa” juri yang hadir juga terheran – heran melihat penampilan JongIn. Dan saat JongIn selesai menampilkan kemampuan menarinya itu, keempat juri itu langsung berdiri dan membari tepuk tangan, meriah. Sekarang malah JongIn yang heran melihat juri-juri tersebut.setelah itu ia melihat ke arah HaeRin diantara ratusan penonton yang hadir. Ia melihat HaeRin sedang mengacungkan dua jempolnya untuk JongIn, tak lupa senyum simpul yang terlukis. Setelah sadar bahwa waktu tampilnya selesai, JongIn langsung membungkuk untuk memberi hormat terima kasihnya.

Pengumumuan pun tiba. tak hanya pengumuman lomba tari saja yang diumumkan, tapi berbagai lomba yang diadakan di acara itu juga diumumkan.

Dan tiba saatnya pengumuman lomba tari.  juga tanpa disangka, nama JongIn disebutkan terakhir kali! Buka berarti ia juara 3, melainkan sebaliknya. JongIn yang berdiri di atas panggung pun bingung mendengar namanya disebut sebagai juara pertama. Dengan cucucran keringat yang masih lumayan deras menetes di wajahnya, ia menerima sebuah piala dari salah satu juri. Saat ia tersenyum ke hadapan penonton, ia melihat HaeRin yang juga sedang tersenyum. Saat itu pula.. Ia teringat akan bento box yang isinya belum disantap! Saat pengumuman lomba tari usai, JongIn kembali ke belakang panggung dengan cepat. Dan ternyata, seseorang telah menunggunya.

“ah! namamu.. Kim JongIn, kan?”
“iya. maaf, Anda siapa ya?” JongIn yang belum pernah mengenal orang itu sebelumnya, bingung saat manusia yang berdiri di hadapannya mengetahui namanya
“perkenalkan, namaku Kim HwangNim, panitia lomba tari modern se-ibu kota yang akan diselenggarakan 2 bulan lagi. Tadi aku melihat penampilanmu. Bagus sekali”
“benarkah? Ah, terima kasih” JongIn malu dipuji seperti itu dan langsung berkata terima kasih sambil membungkukan badannya
“apa kamu berminat ikut lomba itu?”
“a.. apa? saya?”
“ya! Kamu! Saya yakin kamu bisa! Kalau kamu belum bisa memutuskannya sekarang, ini kartu namaku. Telpon saja saat kamu sudah minat nanti. Jangan lama-lama. Karena pendaftaran akan segera ditutup minggu depan” kata panitia lomba itu sambil memberikan kartu namanya.
“ah, terima kasih, pak! Saya pikirkan dulu kalau begitu” Setelah membaca isi kartu nama itu sebentar, ia langusng masuk ke ruangannya. Tempat bento box itu berada. Dan saat ia masuk, seorang wanita yang sangat ia kenal dekat sudah duduk di ruangan itu. Ia kaget.

“HaeRin-a”
“hihi selamat, ya!” katanya sambil tersenyum
“ah, terima kasih”
“aku yakin kau belum makan, ya?”
“ya?” JongIn kaget. Ia takut HaeRin marah padanya.
“tak usah kaget, ayo makan di taman” ajak HaeRin. Lalu HaeRin menggenggam pergelangan tangan JongIn yang kuat dan masih berkeringat, menariknya ke sebuah taman yang sangat romantis.
“nah, ayo duduk” sesampai di taman, HaeRin langsung duduk berdua bersama JongIn. “kau.. masih capek ya? Kalau begiu, sebentar..” HaeRin menyiapkan semuanya. Membuka bento box, mulai menyendok nasi dan lauknya. JongIn yang sedari tadi berada di sampingnya hanya bisa melongo dan tidak bisa berkata apa-apa. Menelan ludah berkali – kali. Hanya itu yang ia lakukan sedari tadi. Ia juga tak mengerti ini perasaan apa. Jantungnya juga berdetak semakin cepat.
“ini! Buka mulutmu. Aaa” JongIn masih membisu. Tatapanya juga masih bingung dan hanya bisa melakukan yang HaeRin katakana. Ia pun membuka mulutnya dan merasakan makanan yang mulai masuk ke dalam mulutnya itu.
“bagaimana? Enak?” HaeRin yang penasaran akan komentar orang lain akan rasa makanan yang ia buat sendiri itu masih menanti jawaban JongIn yang masih mengunyah makanan. Tapi JongIn hanya mengangguk dan tidak mengeluarkan sepatah katapun. Entah sampai kapan bisu dadakan ini akan selesai. mungkin sampai HaeRin marah-marah karena ia tidak menjawab pertanyaannya dari tadi. Tapi wanita itu sama sekali tidak marah. Akhirnya, JongIn berusaha megatakan sesuatu.

“HaeRin-a.. biar aku makan sendiri. tidak apa-apa” kata – kata yang diucapkan masih lesu. Bibirnya tak bisa membuka sepenuhnya. tapi JongIn tetap berusaha untuk tersenyum. Walaupun bibir sexy nya itu masih kaku..
“ah, aku mengerti. ini” HaeRin menanggapi dengan senyuman dan memberikan bento box itu pada tangan besar Jongin. Setelah itu, JongIn makan dengan cara makanya sendiri. Tidak pelan – pelan seperti saat HaeRin menyuapinya tadi. Ia lahap sekali
“JongIn-a.. kau kelaparan ya? Kau lucu sekali hahaha” HaeRin berkata sambil tertawa kecil. Membuat JongIn membisu seketika tapi kemudian melanjutkan makan lagi dengan lahapnya. HaeRin melihat ke langit sebentar lalu kembali menatap wajah JongIn. Ia bingung akan keringat yang masih menetes dari dahinya. Keringat yang membuat sekujur tubuh lelaki di sampingnya itu basah-sedikit. Melihat itu, HaeRin mulai mencari sesuatu di dalam tas nya. JongIn yang sudah selesai makan, hendak memberikan bento box itu kembali ke tangan pemiliknya. Tapi ia malah melihat HaaeRin tampak kebingungan mencari sesuatu dalam tasnya.
“kau mencari apa?” tanya JongIn bingung
“ah! Ini dia!” HaeRin mendadak memasang wajah senang sambil memegang selembar sapu tangan yang ia ambil dari dalam tas nya.
“kupikir aku meninggalkan ini di rumah. ternyata ada di tas” lanjutnya. setelah berkata seperti itu, HaeRin mulai mengusap dahi lelaki itu dengan lembut sambil tersenyum. Berlanjut dengan mengusap pipi, leher, dan kemudian lengan JongIn yang mebuat JongIn memilih untuk pingsan saja saat ini. JongIn yang masih melongo mempertahikan wajah HaeRin yang memberinya kasih sayang itu merasa sudah tidak ada tenaga lagi di dalam tubuhnya. Apalagi saat HaeRin membelai lembut kepalanya dengan senyuman. Rasanya lidah JongIn ingin keluar saja saat ini. Bagai anjing yang dimanja oleh majikannya. Tenaganya terasa benar – benar habis. Bento box yang sedari tadi masih berada di tanganya, bisa jatuh seketika. Membuatnya tersadar dari perasaanya tadi dan membuat matanya membesar karena kaget. Begitu juga dengan HaeRin.

“tolong, tolong jangan lakukan ini lagi untuk sekarang. aku belum siap. tenagaku serasa habis dari tadi. maaf” JongIn berkata sambil memeluk HaeRin yang mendadak membisu.
“hah?” lalu JongIn melepas pelukanya itu dan melihat wajah HaeRin yang masih melongo.
“ahaha! Kau lucu sekali!” JongIn tertawa kecil saat melihat ekspresi wajah wanita berwajah cantik itu. HaeRin yang tidak bisa berkata apa – apa hanya bisa mendengus pelan dan menarik napas kembali. Merasa tidak bisa melakukan apa – apa, ia mulai mengambil bento box yang masih terjatuh di lantai. Melihat itu, JongIn yang merasa bersalah reflek ikut mengambil sendok yang belum diambil HaeRin. Dan ternyata, HaeRin juga hendak mengambil sendok itu. Tanpa ada janji sebelumnya, tangan JongIn berada tepat di atas tangan HaeRin yang hendak mengambil sendok bewarna perak tersebut. Semburat merah mulai muncul di kedua pipi HaeRin. Ia langsung menarik tanganya dan berdehem. JongIn yang merasa lucu dengan kelakuan wanita itu, langsung mengambil sendok yang belum sempat HaeRin ambil dan memberikannya pada HaeRin.

“ini”
“ah, ya.. terima kasih”
“sudah, aku tidak akan melakukanya lagi. hentikan mengeluarkan warna merah di pipimu itu. jangan membuatku tertawa melihat kelakuanmu lagi” JongIn berkata santai.
“oh iya! HaeRin-a, aku ditawari ikut lomba lagi.” lanjutnya
“apa? Kapan?”
“lombanya 2 bulan lagi, tapi pendaftaran ditutup minggu depan. Menurutmu, apa aku harus ikut?”
YA! APA KAU BODOH?! TENTU SAJA HARUS! MEMANG KAU TIDAK MAU IKUT? HAH?”
“aku? aku takut saja”
“kenapa harus takut? Tarianmu kan bagus”
“masalahnya, ini lomba se- ibu kota. aku takut kalah dengan peserta lain”
“yang terpenting dalam sebuah kompetisi adalah partisipasi, bukan menang atau kalahnya”
“oh iya.. kata – kata siapa itu, aku lupa”
“aku juga lupa. Tapi apa pentingnya saat ini tentang sang pencetus? kalau begitu, cepat daftar!”
“iya, nanti tinggal ditelfon panitianya. Santai saja”
“baiklah” HaeRin langsung mengalihkan pandanganya ke atas langit.
“HaeRin-a, kenapa kau suka sekali melihat langit?”
“haha! Kau tau dari mana?” HaeRin hanya tertawa kecil dan tidak mengalihkan pandanganya sama sekali dari langit yang biru dengan hias kapas putih bertebaran
“ya.. dari penglihatanku selama mengenalmu. Memang ada yang salah dengan langit?” JongIn yang masih bingung dengan kelakuan HaeRin selama ini juga ikut memperhatikan birunya langit.
"hmm.. tidak ada yang salah. Sudahlah, lupakan saja. kau tidak akan mengerti bahkan jika ku jelaskan. ayo pulang" HaeRin tersenyum pada JongIn yang masih menanti jawabannya. tapi wanita itu sudah mengajaknya pulang.
"baiklah, ayo" JongIn membalas dengan senyuman.
sebelum meninggalkan taman itu, ia kembali melihat ke atas langit. Dirinya masih dibuat bingung dengan langit. lalu mereka berjalan pergi ke rumah masing - masing.
"JongIn-a.. pulanglah. aku bisa pulang sendiri"
"benar begitu?"
"aku setiap hari kan pulang sendiri. Kau lupa?"
"baiklah.. kapan – kapan aku ke rumahmu, ya?"
"ya.. terserah saja. jumpa lagi Jongin-a"
JongIn membalas dengan melambaikan tangannya dan tersenyum

“langit, kau memikat wanita itu dengan apa?”

esok harinya, di sekolah

"HaeRin-a! kemarin aku sudah daftar lomba itu" JongIn langsung memberitakan kabar itu saat bertemu dengan HaeRin di sekolah. karena ia tau, pasti wanita itu akan akan senang.
"benarkah? Woahh! latihan yang rajin, ya! aku yakin kau pasti menang!" jawab HaeRin dengan raut wajah bahagia-sekaligus histeris
"iya, tiap pulang sekolah aku akan latihan bersama Yoon sonsaengnim"
"tapi jangan sampai nilaimu turun, Jongin-a"
"hahaha tentang itu, ku usahakan"
"baiklah, kalau  begitu sekali-sekali aku juga ikut melihat latihanmu, boleh?" 
" memang ada yang melarang? Hahaha” lalu mereka tertawa bersama sambil menuju kelasnya.

tibalah waktu pulang sekolah

"hari ini sudah mulai latihan?"
"iya.. kenapa? mau ikut?"
"ahh.. tidak dulu ya. maaf, mungkin besok"
"tak apa. pulanglah.. kau masih harus belajar"
"tapi tugasmu juga harus belajar kan?"
"iya-iya.. sudah, aku latihan dulu, ya?"
"baiklah, semangat Jongin-a!”

esok harinya pulang sekolah
HaeRin ikut melihat JongIn mempersiapkan latihan lombanya. matanya sesekali melongo saat melihat gerakan yang dilakukan JongIn dan Yoon sonsaeng. tapi sesekali juga tertawa kecil saat JongIn jatuh dari gerakan - gerakan yang rumit atau saat Yoon sonsaeng memarahinya ketika ia salah gerakan. JongIn latihan selama 1 jam setiap hari setelah pulang sekolah. saat HaeRin sempat menemaninya latihan, ia juga selalu menunggu sampai JongIn selesai latihan. 

"gimana latihanya? gerakanku jelek, ya?"
"tidak.. ini kan masih pemula. kau belum menguasai gerakanya. aku yakin! 1 bulan latihan gerakanmu sudah sempurna!" jawab HaeRin sambil tersenyum.
"hah? Benarkah?”
"umm" HaeRin mengangguk

seperti apa yang dikatakan HaeRin.. JongIn ingin membuktikannya. genap 1 bulan latihan, ia mengajak HaeRin ikut melihat latihannya lagi. 
"HaeRin-a.. tidak apa - apa kan kalau kau menemaniku latihan lagi hari ini?"
"iya, tak apa.. memang ada apa?"
"um.. besok kan ada test matematika. kau tidak belajar?" JongIn merasa bersalah mengajak HaeRin menemaninya latihan
"hahaha! Tentang itu, aku sudah belajar tiap hari. jadi sudah mengerti"
"apa??! belajar tiap hari?" mata JongIn terbelalak saat mendengar perkataan HaeRin. karena dirinya hanya belajar saat waktunya sudah dekat.. menggunakan sistem SKS-tentunya
"memang kenapa? Wahh! ketahuan belajar cuma kalo mau ulangan ya?"
"nah itu!"
"ya sudah.. masi belum mengerti? gimana kalau habis latihan ini kuajari untuk test besok?”
"benar boleh?"
"iya, kenapa?" 
"hah? Tidak, tidak apa.. baiklah! habis latihan ini, ok?" tanpa sadar bercakap - cakap di jalan, mereka sampai di ruang latihan tari. sampai di sana, JongIn langsung latihan bersama Yoon sonsaeng. melihat latihan JongIn hari itu, HaeRin lebih banyak melongo daripada tertawa. ia merasakan sekali perbedaan latihan 1 bulan yang lalu. saat latihan selesai pun, HaeRin sampai memberi tepuk tangan untuk JongIn. melihat HaeRin bertepuk tangan, Yoon sonsaeng juga ikut tersenyum dan melakukan apa yang HaeRin lakukan. JongIn merasa bangga akan kemampuan yang ia miliki saat itu.
"JongIn-a.. saya yakin kamu bisa melakukan yang terbaik bulan depan!" puji Yoon sonsaeng sambil menepuk pundak JongIn.
"benarkah? Terima kasih, pak" lalu JongIn memberi hormat pada gurunya itu.
"besok latihan lagi ya. selama 1 bulan ini, kau harus latihan lebih total lagi. mengerti?"
"pasti, pak!" setelah itu, JongIn pulang ke rumah HaeRin untuk belajar bersama. 

"HaeRin-a.. tidak apa - apa kalau kau mengajariku?"
"memang kenapa?" setelah berkata seperti itu pada JongIn, lagi - lagi HaeRin melihat ke atas langit. 
"tuh kan melihat ke langit lagi! ada apa sih?" JongIn yang selama ini memperhatikan kelakuan wanita yang ia sukai itu juga ikut melihat ke langit saat wanita itu melihat ke sana. ia dibuat mati penasaran akan langit semenjak bertemu HaeRin.
"ah? tidak, tidak ada apa - apa" HaeRin yang merasa diperhatikan itu langsung menunduk kebawah.
"tidak apa-apa.. cerita saja, memang ada apa?"
"tidak ada apa-apa.. sudahlah lupakan"

“sekuat itu auramu, langit?”

akhirnya mereka sampai di rumah HaeRin. karena sedang ada tamu keluarga di ruang tamu, ibu HaeRin menyuruh mereka belajar di kamar HaeRin saja 
"sudah, kau belajar di kamarmu saja" eomma HaeRin yang sedang repot dengan masakanya itu menyuruh HaeRin dan JongIn belajar di kamar putrinya.
"apa?! ibu!" apa? wanita dengan lelaki? di kamar? berdua saja? mimpi buruk HaeRin kaget dengan perkataan ibunya
"sudahlah. oh ya! JongIn-a.. maaf ya ruang tamunya sedang dipakai.. jadi kalian belajar di kamar HaeRin saja, ya? jangan berbuat macam-macam dengan anakku! nanti kalau sudah selesai belajar, kamu boleh makan disini. ini makanannya masih dimasak" kata  ibu HaeRin pada JongIn.
"ahh.. tidak usah.. nanti saya langsung pulang saja" JongIn yang merasa tidak enak dengan kebaikan ibu HaeRin, cepat – cepat menolak tawaran tersebut
" tidak apa - apa.. ini balasan karena kamu sudah mau menemani anaku. kasihan dia selama ini tidak ada teman yang main kesini"
"IBU! aarrgghh!! sudahlah, ayo kita ke atas!" HaeRin kaget dengan perkataan ibunya saat itu. ia langsung menggandeng tangan JongIn ke kamarnya. sementara JongIn malah merasa berterima kasih sekali dengan ibu HaeRin. sesampai di depan pintu kamar HaeRin, mereka berhenti.
"maaf sebelumnya karena ruang tamunya diapakai jadi harus belajar di kamarku" HaeRin merasa bersalah karena mereka harus belajar di kamarnya
"ahh.. tidak apa - apa" sehabis itu, HaeRin mengajak JongIn masuk ke kamarnya. JongIn melongo saat masuk ke kamar HaeRin. kamar yang dipenuhi dengan nuansa warna biru. terlukis awan di tembok kamar itu. ada banyak juga foto-foto yang tertempel. walaupun HaeRin sudah SMA, tapi gambar - gambar yang ditempel di tembok kamar tidak seperti yang dilakukan anak remaja biasanya. HaeRin tidak menempel poster atau foto - foto idola para remaja-seperti JUSTIN BIEBER, atau mungkin EXO-,melainkan memasang gambar - gambar tokoh kartun, PETERPAN. terdapat juga gambar - gambar Wendy, Jane, Tinkerbelle, juga Captain Hook. JongIn yang masih bingung dengan kelakuan HaeRin mengelilingi kamar wanita itu, melihat satu per satu gambar yang ada. masuk ke kamar HaeRin saja sudah terasa berada di atas awan. karena tembok kamarnya di cat seperti langit asli! dimana - mana juga terdapat gambar film PETERPAN, RETURN TO NEVERLAND-mungkin ia hanya menyukai RETURN TO NEVERLAND. mulai dari gambar yang kecil sampai gambar yang paling besar! dan terpajang juga gambar peta dimana-mana. bukan peta biasa, tapi peta NEVERLAND-ya, peta yang dibawa – bawa oleh Captain Hook! Tak hanya peta ukuran biasa, peta di kamarnya ada 2. Ada yang diletakkan di sebuah meja yang kemiringannya mungkin sekitar 30˚ dan tertempel rapi disana lengkap dengan kompasnya, juga ada yang ukurannya sangaat besar dan tertempel di tembok kamarnya. peta yang menyerupai peta bajak laut biasanya. gambar PETERPAN juga yang paling banyak dari semuanya. sampai - sampai ada standing character PETERPAN di dekat ranjang HaeRin yang sprei nya pun gambar langit! 

"HaeRin-a.. kau .. kau yang melakukan semua ini??" JongIn yang tidak memalingkan wajahnya sama sekali dari peta NEVERLAND yang super besar ukurannya itu bertanya pada HaeRin saking bingungnya
"melakukan apa?!"
"mengecat tembok, menempel semua gambar - gambar ini"
"tembok itu ayahku yang melakukan. gambar - gambar ini? Iya, karena ini hobi hahaha"
"wow! mengapa harus PETERPAN? kenapa bukan foto - foto tokoh idolamu saja? personel boyband mungkin? kenapa harus tokoh kartun?" JongIn masih tidak percaya akan semua ini.
"aku suka kartun ini sejak kecil.. mengapa harus PETERPAN? karena aku ingin terbang kemana - mana seperti yang ia lakukan." 
"lalu, kenapa peta NEVERLAND ini yang paling besar dari semuanya?" kata JongIn sambil menunjuk peta besar itu.
"karena aku ingin terbang ke sana sewaktu - waktu. bisa melihat indahnya dunia yang tidak ada di dunia asli. walaupun aku tau itu hanya khayalan belaka.. dari namanya saja sudah ketahuan. tapi apa salahnya untuk berhayal sendiri? hahaha!" 
"ahh.. khayalanmu tinggi sekali. disini juga banyak foto - foto Wendy dan Jane. Kenapa?" Jongin kamu kepo banget si?-author
"Wendy dan Jane. karena mereka bisa terbang bersama PETERPAN kemana - mana. aku ingin menjadi mereka. karena aku tidak bisa terbang. setidaknya PETERPAN yang menuntunku terbang bersamanya"
"oh.. begitu juga dengan Tinkerbelle? karena dia punya sayap, jadi kau ingin terbang dengan syapmu itu? seperti yang Tinkerbelle bisa lakukan? benarkah?" JongIn berusaha menebak - nebak.
"umm.. ya, begitulah hahaha!" HaeRin tertawa ketika JongIn benar dengan tebakannya.
"lalu kenapa ada gambar Captain Hook dan teman - temannya? bukannya dia jahat?!"
"aah.. Captain Hook! aku ingin tau rasanya naik ke atas kapal yang bisa melayang di langit. bukan hanya di laut yang biasa kita temukan, kapal Captain Hook itu yang terbagus! Sudahlah, lain kali saja kujelaskan tentang semua ini. kau ini niat belajar atau tidak?" 
"hehehe.. maaf HaeRin-a" JongIn masih sempat bercanda sebentar dan mengeluarkan buku matematikanya. mereka belajar bersama di meja belajar HaeRin. 

“kapanpun dan dimanapun, tidak hanya perempuan saja yang bisa banyak tanya”

tak terasa, teriknya matahari yang sedari tadi menerangi hari itu, sedikit demi sedikit redup
"gimana? udah ngerti?" tanya HaeRin yang sedari tadi mengajari JongIn
"ya.. lumayan" jawab JongIn santai yang diikuti langsung dengan pukulan HaeRin tepat pada pundak JongIn
“ah! sakit! Aahh! Anak ini benar – benar! Iya – iya aku mengerti!”
"kau mau langsung pulang??" tanya HaeRin
"iya, kenapa?"
"makanlah dulu. tadi ibuku sudah memasak"
"ahh.. tidak usah.. aku makan di rumah saja"
"aaihh!! ayo!" HaeRin langsung menarik tangan JongIn keluar dari kamar nuansa langitnya itu ke bawah. "ibu!!! makanannya sudah siap belum???" HaeRin berteriak pada ibunya sambil menuruni tangga dan menarik tangan JongIn. untung saja tamu yang ada di ruang tamu tadi sudah pulang
"sudah. mau makan? makan sore dulu sebelum pulang. Ini, ambil sendiri semaumu. makanlah" ibu HaeRin berkata pada JongIn. karena merasa tidak enak sudah disuguhi makanan, akhirnya JongIn makan sebentar sebelum pulang. makan bersama keluarga HaeRin! Oh my Gosh! Is it a dream?
"bagaimana? enak?" tanya ibu HaeRin pada JongIn
"hhmm.. enak! Masakan ibu memang luar biasa!" jawab JongIn sambil mengangguk tersenyum dan mengacungkan satu jempolnya, sedangkan tangan yang lain memegang sendok
"tadi kalian belajar apa?" tanya ayah HaeRin
"matematika" jawab HaeRin santai
"ahh, sudah bisa?"
"bisa" balas HaeRin sambil tersenyum. lalu mereka makan bersama. Dan, beberapa menit kemudian makanan sudah tersantap semua. HaeRin membereskan semua peralatan yang ada di meja makan, dibantu oleh JongIn. 
"oh ya! HaeRin-a, tasku masih di atas"
"ah? baiklah, habis ini ambil tas dulu"
setelah semuanya beres, HaeRin kembali ke kamarnya di atas bersama JongIn. akhirnya JongIn masuk lagi ke kamar indah yang membuatnya serasa melayang - layang di atas langit. 
"ini tasmu" kata HaeRin sambil memberikan tas milik JongIn dan membereskan meja belajarnya sebentar. sementara JongIn yang masih terheran - heran dengan kamar HaeRin berkeliling sekali lagi memutari kamar wanita itu.
"HaeRin-a, bagaimana caramu menempel semua gambar ini, sampai serapih ini? sampai hampir tidak ada celah pula! ya ampun.. kau juga naik ke atas situ untuk menempel gambar - gambar ini??"
"biasa saja asal berusaha. Hahaha iya, memang kenapa?"
"ah, tidak. hanya heran saja. langit - langit kamarmu juga warna langit. ayahmu yang melakukan itu juga? awan - awan itu, juga ayahmu yang melakukannya??"
"iya,  maka dari itu, kau teman sekolah pertama yang masuk ke kamarku ini"
"kenapa? Apa itu maksud ibumu tidak pernah ada teman yang datang kesini? Begitu?"
"aku.. merasa malu saja dengan kamarku. terlalu kekanak - kanakan"
"tapi kau unik! yang perlu diketahui adalah imajinasimu yang ….. wow! aku saja tidak bisa berkata apa -apa" puji JongIn
"benarkah??"
"iya!" JongIn mengangguk 
"ya sudah, ayo turun" setelah itu, JongIn pulang ke rumahnya. ia merasa sudah lebih dari siap untuk test besok. karena selama hidupnya, ia tidak pernah belajar sampai mendalami materi seperti ini

“terkagum? ya, itu jawabannya”

"bagaiman? sudah siap test hari ini?" HaeRin langsung bertanya pada JongIn saat menemuinya di sekolah esok harinya
"pasti siap! ini sudah lebih dari siap malahan hahaha!"

di jalan, mereka melihat YoonPyo berjalan sama pacar barunya. JongIn yang kaget melihatnya langsung menatap ke arah HaeRin. HaeRin hanya bisa mengerucutkan bibirnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"kau masih sakit hati?" tanya JongIn
"tidak, lupakan saja. yang berlalu biarlah berlalu. yg kita perlukan adalah melihat ke depan! bukan ke belakang. iya kan?" jawab HaeRin sambil tersenyum-mungkin dengan paksa
"ahh.. kau punya banyak sekali kata - kata mutiara. kau punya buku kumpulan kata - kata seperti itu ya di rumah?"
"aaah!! lupakanlan! Ayo ke kelas!"

Saat mereka sampai di kelas, suasananya sudah suasana belajar. semua murid mempersiapkan test hari ini dengan keras. tapi HaeRin malah duduk santai di mejanya dan tidak menyentuh buku sedikitpun.

"kenapa kau tidak pernah belajar di sekolah saat diadakan ulangan hari itu?"
"kan kemarin sudah belajar.. kenapa harus belajar lagi di sekolah? yang sudah dipelajari ya sudah. yang perlu dilakukan hari ini adalah mengerjakannya sebisa kemampuanmu. tidak usah dipaksakan dapat 100. karena pasti akan terasa lebih sulit jika kau menargetkan nilai segitu. biasa saja"
"benarkah? ya sudah aku juga tidak belajar hari ini" jawab JongIn santai sambil mendorong sedikit buku matematika yang sudah ia letakkan rapi di atas mejanya
"kita berdoa saja sekarang" 
"berdoa?"
"ya, prinsipku selama ini 'study hard, but pray harder' hehehe" setelah itu HaeRin mulai berdoa. JongIn yang melihat kelakuan wanita itu mengatupkan tangannya juga ikut berdoa. karena tidak tau kenapa, ia mulai gugup menghadapi test hari itu begitu melihat teman sekelasnya belajar semua.
setelah HaeRin selesai beroda, ia melihat teman sebelahnya itu masih memejamkan matanya.
"kau gugup ya?" tanya HaeRin saat JongIn membuka mata
"iya"
"kan sudah kukatakan, kerjakan semampumu. Kau kan sudah belajar, jangan gugup. Nanti lupa semua lebih fatal"
"hmm iya aku mengerti"

setelah itu, test hari itu pun dimulai. HaeRin terlihat mengerjakannya dengan santai. dan saat ia melirik ke arah JongIn, ia melihat seorang lelaki yang mengerjakan test nya dengan senyuman. tidak seperti JongIn yang biasanya. Saat kertas dibagikan dan mulai membaca soal disana, bisanya garuk-grauk kepala, garuk - garuk leher, sampai kadang berkeringat! hari ini ia terlihat lebih tenang

"gimana? bisa?" saat mengumpulkan lembar jawaban, HaeRin langsung bertanya pada JongIn.
"bisa! yang kau ajari kemarin keluar semua. hanya angka - angkanya saja yang diganti. Gampang sekali menurutku. untung aku belajar. Terima kasih HaeRin-a!"
"oh ya! JongIn-a.. pulang sekolah hari ini, kau ada latihan lagi?"
"ada. tapi kau langsung pulang saja.. lihat latihanku nanti - nanti saja saat waktu lombanya sudah dekat" jawab JongIn sambil tersenyum
"okelah kalau begitu"

“study hard, but pray harder”

3 minggu kemudian, tepatnya 2 hari sebelum hari lomba ditentukan

'Teetttttt!!!!' bel istirahat pun berbunyi
"HaeRin-a kau mau makan dimana?"
"aku hari ini bawa bekal.. mau makan di taman atas saja. kau makan saja di kantin"
"ahh.. tidak, mulai hari ini aku akan menerapkan hidup hemat! taraa!! aku juga bawa bekal sendiri. hehehe " kata JongIn sambil menunjukan bento box yang ia bawa.
"woahh! ya sudah, kau mau makan di mana?" HaeRin kaget melihat JongIn yang membawa bekal sendiri
"makan bersamamu saja di taman atas"
"ok! ayo!" mereka berjalan sambil membawa bento box masing - masing ke taman di atas sekolah
"besok lusa sudah waktunya, ya?" tanya HaeRin sambil mempersiapkan makanannya
"iya, tak terasa, ya? HaeRin-a..doakan aku, ya? eoh?" raut wajah Jongin yang tadinya senang seketika berubah dengan tatapan penuh harapan dan kecemasan
"pasti! Jangan kuatir, jangan gugup, nikmati saja diatas sana"
"hahaha! Oh ya! HaeRin-a, kalau aku menang, kau harus berjanji untuk menyanyi kembali, ya?"
"kenapa harus begitu?" tanya HaeRin bingung sambil mengerucutkan bibir manisnya
"karena sebenarnya misiku selama ini adalah membuatmu tersenyum kembali. kurasa aku sudah berhasil menjalankannya. inggal 1 yang belum. aku ingin mendengar suara emasmu kembali di atas panggung. seperti yang biasa kau lakukan dulu"
"benarkah? hahaha misimu ini unik sekali?! mm.. baiklah! Karena kau sudah bekerja keras membuatku tersenyum selama ini, akan kuturuti"
“BENARKAH? JANJI?" Jongin kaget dan membelalakan matanya, dibalas dengan senyum indah dan anggukan Haerin
"pulang sekolah nanti, apa aku perlu melihatmu latihan?"
"aahh.. tidak usah. besok saja! lihat kemampuanku besok!"
"ok! karena besok latihan terkahirmu sebelum lomba, aku janji akan melihat latihanmu!"

“terima kasih atas janjimu”

pulang sekolah, di ruang latihan

"aah! Sonsaengnim? sudah menunggu?" sapa JongIn
"JongIn-a.." panggil Yoon gurunya lesu
"ya?"
"lombamu besok lusa itu, lomba dance se-ibu kota kan?" tanya Yoon sonsaengnim yang dari tadi tidak memalingkan wajahnya sedikitpun dari tablet yang dipegangnya. tampaknya orang itu sedang membaca berita. berita apa?
"mm.. iya, kenapa?" 
"aku baru saja melihat daftar juri untuk lomba itu. ternyata—“
"juri? memang apa salahnya dengan jurinya??"
"salah satu jurinya adalah Jo MinYoung. dulu dia guru seni di sekolah kita ini. tapi 5 tahun yang lalu sudah dipecat karena suatu masalah. orangnya memang hebat, dan dia tidak terima saat dikeluarkan dari sekolah ini. aku takut kalau dia menjadi jurinya, bisa - bisa kau dengan sengaja dibuat kalah walaupun penampilanmu paling bagus nantinya. maka dari itu, kau harus melakukan yang terbaik. Kau bisa?"
"ah.. baiklah! Akan saya lakukan yang terbaik dari yang terbaik!" JongIn menjawab dengan wajah yakin sambil memberi hormat seperti seorang militer pada gurunya itu. tapi dalam hati kecilnya, sebenarnya ia sedikit takut dengan perkataan Yoon sonsaengnim tadi. bayangkan saja, ia baru tau hari ini kalau ternyata bakal seperti ini kejadiannya! tapi di sisi lain, jika ia kalah, ia tidak bisa membuat suara emas yang ia tunggu - tunggu selama ini berada di atas panggung lagi. baiklah, Kim JongIn! kau harus melakukan yang terbaik! Karena golongan darahnya A, Kim Jongin adalah seorang yang sering menyemangati diri sendiri. Ia berkata dalam hati. setelah itu, ia melanjutkan latihannya seperti biasa-walau yang kali ini lebih keras dari biasanya. Yoon sonsaeng juga terkesan lebih galak hari itu. namun JongIn menganggap hal itu wajar, karena ia tau Yoon sonsaeng tidak mau kerja kerasnya selama ini sia - sia. maka dari itu, ia mengajari JongIn lebih dari biasanya. Jongin pun nurut dan berusaha lebih keras-bahkan hari itu ia pun pulang lebih sore

“bekerja keras demi 1 senyuman dan 1 keemasan”

esok harinya, pulang sekolah

"woahh! JongIn-a, besok sudah saatnya lomba, ya? tidak terasa, ya"
"hahaha iya"
"hari ini latihanmu sebelum lomba. Jadi, aku akan ikut menemanimu sampai latihan berakhir. terserah mau sampai malam pun tidak apa"
"benarkah? tapi kalau kamu mau pulang duluan juga tidak apa -apa"
"tidak.. tenang saja. aku sudah ijin sama ibu hari ini" HaeRin menjawab sambil tersenyum lega.
sampai di ruang latihan, JongIn langsung memulai latihannya bersama Yoon sonsaeng. hari ini, Yoon sonsaeng tidak marah - marah seperti kemarin. karena hari ini, menurut Yoon sonsaeng JongIn sudah melakukan yang terbaik dari yang paling baik. Jadi, tak ada gunanya marah - marah. HaeRin yang melihat latihan JongIn pun dibuat mati terheran - heran. tidak seperti biasanya yang hanya melongo, hari ini HaeRin juga lebih sering membelalakan matanya bulat – bulat saat JongIn melakukan gerakan rumit yang lebih rumit dari yang biasanya.
selama 2 jam hari ini JongIn berlatih. tidak seperti biasanya yang hanya latihan 1 jam, karena besok sudah hari H. jadi latihan hari ini harus lebih keras.
"JongIn-a.. saya yakin! besok kamu dapat melakukan  yang terbaik. yang paling baik dari peserta lain. latihan ini sudah lebih dari cukup. sekarang kau beristirahatlah" sekali lagi Yoon sonsaeng menepuk pundak JongIn yang masih berkeringat
"terima kasih, pak"
sepulang dari latihan, JongIn kembali berjalan pulang bersama HaeRin. bukan karena mau ke rumah HaeRin lagi. tapi karena kebetulan jalan pulang mereka searah.
"Kim JongIn, SEMANGAT!!" kata HaeRin sambil mengepalkan kedua tangannya sambil tersenyum sebelum pergi pulang ke rumahnya
"terima kasih HaeRin-a, sampai bertemu besok"
"baiklah, dadaah" itulah kata terakhir Haerin malam itu pada Jongin sambil melambaikan tangannya, tersenyum, dan lari – lari kecil menuju rumahnya

“serumit apapun kulakukan demi orang yang kucinta”

hari yang sudah ditentukan pun tiba. JongIn deg-degan setengah mati pagi harinya. tapi ia selalu teringat kata - kata HaeRin untuk tidak gugup. sebelum lomba ia juga tidak lupa untuk berdoa seperti yang HaeRin biasa ajarkan. saat ia berdiri dia atas panggung, lagi - lagi di antara ribuan penonton yang hadir, ia bisa melihat wajah HaeRin yang tersenyum saat itu-entah matanya mungkin keturunan elang. padahal kalau dilihat dari atas panggung, wajah penonton yang hadir sudah bagaikan tanda titik. kecil sekali! tapi cinta yang menunjukan wajah manis itu pada JongIn. Baiklah! KIm JongIn, babak pertama! kau pasti bisa! 
sebelum mulai menari, ia tak lupa melihat ke arah juri. tempat di  mana Jo MinYoung berada. JongIn memasang wajah yakinnya. dan ia yakin, orang yang sedang duduk disana akan terheran - heran melihat gerakannya setelah itu. JongIn mulai menari santai untuk pertamanya. tapi lama - kelamaan, ia juga mulai mengeluarkan gerakan yang rumit.
setelah selesai menari untuk babak pertama, ia melihat wajah Jo MinYoung yang datar - datar saja. tapi ia yakin tetap itu topeng. tidak mungkin gerakan tadi tidak bisa merubah raut wajahnya yang datar dari awal. kalau begit,. lihat kemampuanku setelah ini! 

saat diumumkan, ternyata JongIn berhasil masuk babak selanjutnya. sebuah karunia tersendiri bagi JongIn mendengarnya. karena ini lomba se-ibu kota! selama ia di backstage tadi, sesekali ia melihat ke depan dan banyak sekali penampilan yang ia anggap bagus. tapi hari ini, tak tau mengapa, jiwa ambisiusnya keluar. padahal selama ini, Kim Jongin orangnya santai - santai saja. tak pernah sekeras ini.

karena terpilih untuk babak selanjutnya, ia kembali menari di atas panggung. dan tentunya, ia mempersembahkan gerakan yang lebih rumit dari sebelumnya. Sebuah gerakan yang ia harapkan bisa mambuat mulut Jo MinYoung itu terbuka sedikit-sedikit saja. karena-jujur-ia tidak suka melihat wajah datarnya.

selesai menari, tatapanya langsung tertuju pada juri-Jo MinYoung. ia melihat tatapan mata Jo MinYoung berbeda dari yang sebelumnya. sudah tidak datar, tapi agak melongo sedikit-walau mungkin hanya sebuah mata tembus yang bisa melihatnya.

babak demi babak ia jalani, dan ternyata tak terasa sudah waktunya final-JONGIN MASUK FINAL. itu berarti, ia akan melawan peserta yang kemampuannya mendewa. penilaian pun akan lebih ketat pastinya. Jadi, ia akan mempersembahkan penampilan paling baik dari yang terbaik untuk final kali ini. 

saat JongIn bersiap - siap, ia melihat ke arah juri dulu sebelum memulai gerakannya. dari 4 juri yang ia lihat dari awal, sekarang tinggal 3 juri. tiba - tiba Jo MinYoung-orang itu-meninggalkan kursi juri setelah menerima telepon. Akhirnya, waktu final pun ditunda beberapa menit. JongIn pun bertanya pada Yoon sonsaeng tentang apa yang terjadi. 
"sonsaengnim, ada apa ini?"
"Jo MinYoung, saudaranya ada yang meninggal. jadi tinggal 3 juri yang menilai saat ini. Oleh sebab itu, kau tenang saja. kau harus yakin! Mengerti?" 
"siap, pak!" benar kata buku yang pernah kubaca-walau kubaca dengan terpaksa karena harus membuat opini oleh tugas sekolah-. disana tertulis ‘jangan takut sebelum kau tau apa yang akan terjadi nantinya’. dan kata – kata itu baru kubuktikan hari ini

saat tampil di atas panggung, JongIn sadar akan sesuatu saat itu. kalau ‘kita tidak perlu gugup sebelum mengetahui sesuatu yang belum kita ketahui ke depannya. belum tentu seseram seperti apa yang kita pikirkan sebelumnya. kita juga tidak akan tau jika ada keajaiban yang datang sewaktu – waktu’ seperti saat ini

dengan segenap kemampuannya, JongIn melakukan gerakan terbaiknya saat itu-tentunya paling rumit dan paling bisa membuat orang lain melongo dan membelalakan matanya. demi mengembalikan suara emas yang ia tunggu - tunggu 

“jangan takut sebelum kau tau apa yang akan terjadi nantinya”

saat pengumuman pun tiba
inilah saat dimana detak jantung JongIn berdebar lebih cepat dari biasanya-mungkin bisa sampai terdengar. keringat juga masih mengucur dari atas kepalanya. dan saat diumumkan pemenang pertama ……

"pemenang pada lomba hari ini .... adalah .... Oh Sehun! selamat untuk Oh Sehun! Piala akan diberikan oleh panitia acara ini, Bapak Kim YoungDo" kata MC yang bertugas saat itu sambil memberikan salam selamat pada pemenang. ah mungkin belum rezeki untuk menang saat ini, batin Jongin.
“dan satu lagi! yang kita tunggu – tunggu! JUARA TER-FAVORIT” lanjut si MC
apa? ada juara favorit juga ternyata?
“pemenangnya adalah … SELAMAT UNTUK KIM JONGIN! ANDA MENJADI JUARA TER-FAVORIT DALAM LOMBA INI! Piala akan diberikan langsung oleh Bapak Jang YeonCheol, selaku pemilik stasiun televisi yang sedari tadi menyorot penampilan anak – anak berbakat ini untuk ditampilkan dalam acara televisinya, dan kebetulan, beliau juga hadir dalam acara ini” si MC terlihat senang sekali sampai – sampai mungkin kehabisan napas untuk bicara sambil agak berteriak seperti itu

Jongin pun menerima pialanya. Piala paling beda dari yang lain. Paling besar

“tak usah terlalu banyak berharap tuk jadi yang pertama”

pulang lomba, tidak ada hal lain yang Jongin ingin lakukan selain menemui HaeRin. 

"Jung HaeRin! kau harus menepati janjimu!" kata JongIn saat menemui HaeRin. walaupun ia belum mlihat wajah wanita itu dan hanya melihat rambut panjangnya dari belakang, tapi ia yakin itu wanita yang ia cintai. wanita itu pun memutar tubuhnya dan air matalah yang JongIn lihat pertama kali dari wajah wanita itu. air mata deras yang mengalir dari kedua bola matanya dan membasahi kedua pipinya.

"a .. ada apa?" tanya JongIn terbata - bata dan langsung menghampirinya
"JongIn-a.. terima kasih" balas HaeRin yang masih menangis sambil langsung memeluk Jongin erat dengan melingkarkan kedua tangannya pada lingkar perut Jongin. Jongin bingung-sekaligus senang.
"aah.. kukira ada apa.. sudah, jangan menangis lagi" JongIn merenggangkan pelukan wanita itu dan mengusap air mata yang mengalir di pipinya
"kalau begitu, kau janji akan menyanyi lagi, kan?" lanjut Jongin
"iya, pasti! aku tak akan menjilat ludah sendiri. akan kutepati! Demi seseorang yang rela melakukan apapun untukku! Terima kasih, JongIn-a.. aku tak tau harus berkata apa lagi setelah menyadari kerja kerasmu selama ini" air mata Haerin sedikit demi sedikit masih keluar dari bola matanya. Tapi ia tak mau melihat lelaki di hadapannya itu melihatnya menangis lagi. ia tetap berusaha mengusap matanya sendiri saat akan turun air dari sana.
"ahh.. tidak perlu berterima kasih. Itu sudah pekerjaanku" setelah itu, HaeRin kembali memasang wajah ceria-walaupun sedikit terpaksa sambil masih sedikit pula menangis-dan melihat ke atas langit untuk ke sekian kalinya 
"tuh kan! liat ke langit lagi! sudahlah.. PETERPAN yang ada di kartun itu tak akan lewat di atas kepalamu. PETERPAN-mu sudah berada di hadapanmu"
"apa? hahaha! kau PETERPAN-ku? Jadi, kau juga bisa mengajaku terbang ke NEVERLAND? Benarkah?"
"mm.. walaupun aku tak bisa terbang, tapi kita bisa berhayal bersama, bukan?”
"apa? berkhayal? Kegiatan terkeren macam apa itu?! apalagi dilakukan bersamamu!"
"baiklah, kita lakukan kapan – kapan. Jadi, HaeRin-a—" detak jantung JongIn seketika bertambah cepat saat berkata seperti itu
"jadi .. apa?"
"kau mau menjadi WENDY-ku? aku akan menjadi PETERPAN yang akan selalu menjagamu. kapanpun kau membutuhkanku jika kau mau"
"omo! Benarkah? Apa motifmu saat ini, Kim Jongin?"
“apa? omo! Anak ini benar – benar tidak peka pada situasi!”
“hahaha! Baiklah aku bercanda” Haerin tertawa lepas saat itu-cantik sekali.
"kenapa? Kau menolakku? Ah ya sudahlah, mungkin berteman lebih baik" setelah JongIn berkata seperti itu, ia langsung menerima pelukan hangat dari wanita yang sedari tadi membuat ia mati penasaran akan sebuah jawaban 
"tidak! jangan! Kau sudah kuanggap lebih dari teman”
“kalau begitu .. mm.. sahabat?” Jongin masih sempat bergurau dalam pelukannya
“tidak, lebih dari itu, hya! Kim Jongin! Sekarang kau yang tidak peka!” 
“lebih dari itu? ah! bestfriend forever?”

Haerin melepaskan pelukannya setelah mendengar jawaban Jongin, diikuti dengan kerucut pada bibirnya

“kenapa? Kenapa berhenti memelukku?”
“karena tebakanmu salah! Huh!”
“yasudah, aku tau sekarang. bestfriend forever level 2! Benar, kan?”
HYA! KIM JONGIN!”
“kalau begtu apa?” Jongin balas bertanya sambil menahan tawa melihat wajah wanita yang ia sukai memerah bagai api yang berkobar
“PETERPAN!” jawaban satu kata itulah yang seketika keluar dari mulut Haerin
“apa? kenapa dari ‘lebih dari teman’, jawabannya malah nyasar ke PETERPAN? Itu jauh sekali, Jung Haerin!”
“HYAAA!! KIM JONGIN!!”

Sore hari itu ditutup dengan seorang Jung Haerin yang berusaha mengejar PETERPAN-nya-Kim Jongin-seperti anak SD yang geregetan dengan temannya sendiri. Tapi ingat, mereka sudah lebih dari teman. Entah apa namanya

“aku baru tau ada besfriend forever level 2 sejak hari ini”-Jung Haerin 

Ucapan terima kasih untuk :

Jethicha karna udah minta dibikinin ff kai

Lagu EXO yang PETERPAN karna uda menginspirasi sangat, thanks all  

Comments

Popular Posts