MY CONVERSION - part. 15
setelah beberapa jam berdiam diri di kelas
yang suramnya bukan main dan tetap diam seribu bahasa bak anak SD polos yang
belum mengerti apa – apa memasuki ruangan sang pakar,
akhirnya ia mengakhiri kelasnya
bukannya pulang,
tapi ada beberapa anak berpikiran sampah yang
malah mengunjungi depan kelas dan sedikit berkonsultasi tentang apalah aku tak
tau dan tak mau tau dengan .. siapalah namanya aku lupa
di otak ini hanya tertulis nama ‘PARK
CHANYEOL’ seorang dan aku berhasil melupakan nama lainnya
“ya. parkchan-a, bangun. ya!”
Dasar anak ini
Bisa – bisanya ia tertidur dengan pulasnya
disaat aku mencoba tidur tapi tidak berhasil dan terpaksa mendengarkan kotbah
si pakar brengsek itu
Bangun juga susahnya setengah mati
Ck
Anak ini tidur jam berapa sebenarnya?
Sampai aku harus menggoyang tubuhnya berkali –
kali hanya untuk membuat anak ini tersadar dari mimpinya
Akhirnya anak ini berusaha membuaka matanya
juga
AKHIRNYA!
“hyung? kelasnya sudah selesai?”
Bukannya langsung menoleh ke arahku saat ia
terjaga,
Malah menoleh ke sekeliling ruangan
Betapa menyebalkannya anak ini
“iya! kau ini sebenarnya semalam tidur jam
berapa, hah?”
“jam .. jam setengah 5 hehe” jawab si caplang
sambil tersenyum nyengir dan unjuk gigi dengan gigi rata yang ingin sekali
rasanya kumiliki
APA? SAMA SAJA NAMANYA TAK TIDUR BAGIKU
Aku langsung membelalakan mataku
Dan mengangkat alisku
Ingat!
Laki – laki hanya mengangkat alisnya saat ia
tertarik pada satu hal
“ayo”
Daripada tiba – tiba ketahuan wajahku sedang
merona dan bisa saja ia mendengar suara detak jantungku yang sangat cepat dan
keras ini,
Lebih baik langsung berdiri dan
meninggalkannya
“hyung? hyung! kita mau kemana?”
“udah ikut aja. Jangan banyak bicara di jalan”
Sebenarnya kemana aku ini akan pergi?
Aku sendiri tak mengerti
Memang aku harus kemana?
Oh ya!
Gawat!
isdiro memberi sinyal untuk kedua kalinya
benar – benar gawat!
Aku mengerti diriku
Seorang BYUN BAEKHYUN paling tidak bisa
menahan napsu
Bisa tapi .. akh! Susah!
JALAN
KOSONG! AKU HARUS MENCARI JALAN KOSONG!
“AH SEHARUSNYA SEMUA LELAKI BISA MENJADI
LELAKI YANG DAPAT MENAHAN NAPSUNYA! Seharunya..”
“hyung, kita mau kemana?”
“sudah kubilang untuk tutup mulut di
perjalanan”
Lagi – lagi si tiang bertanya dengan kata –
kata yang sama untuk kedua kalinya
Padahal dari awal sudah kukatakan untuk
menutup mulutnya selama di perjalanan
Karena ..
Karena aku pusing
Pusing mencari jalanan sepi
Dan beberapa saat kemudian,
Tibalah di sebuah jalan yang sepiii sekali
Tidak ada orang satupun-ada tapi hanya lewat
dan itupun hanya 1 atau 2 orang
Mungkin karena sinar matahari sudah berpendar
dan taka da lagi yang melakukan aktivitas,
Tapi akhirnya,
Aku puas menemukan jalan seperti ini
“hyung, disini tak ada apapun, jarang orang
lewat, juga hanya dikelilingi tembok – tembok perumahan yang membosankan.
Kenapa kita kesi—“
Belum sempat ia melanjutkan omongan yang sudah
kutebak tidak akan berhenti menanyakan sesuatu itu,
Bibir tipis ini sudah menerobos lebih dahulu
menempel pada bibir sexy-nya
Suhu tubuhku yang tadinya normal bahkan baik –
baik saja
Tiba – tiba serasa meningkat akibat hembusan
napasnya yang tak henti kurasakan pada dekapan ini
Walau ini bukan ciuman pertama bagiku,
Tapi ini adalah ciuman terhebat semasa aku
hidup
Aku bisa memimpin,
Bahkan seperti mengajari seseorang yang tidak
pandai berciuman
Entah kenapa, padahal ciumanku yang dulu biasa
saja
Tak ada yang terasa special sama sekali
Seolah mengerti niatku,
Si tiang yang sekarang sedang berada di
dekapanku ini memelukku
Melingkarkan tangannya pada tubuhku dan
memberi tekanan sedikit
Secara tak langsung tubuhku terdorong lebih
erat ke arah tubuhnya yang hangat
Ia seolah membagi kehangatannya pada tubuhku
yang sedari tadi sebenarnya sudah tidak bisa dikatakan hangat lagi
Tapi begitu aku mendengar suara telapak kaki
yang sedang berjalan dari dekat,
Reflek,
Aku langsung membuka mataku lebar seolah
tersadar dari suatu hal yang sangat mengagetkan
Perlahan kulepaskan bibir tipisku dari miliknya
Juga kedua lenganku yang melingkari tubuhnya
Kulihat ke sekeliling,
Ya memang
Jumlah manusia yang melewati jalan ini
mendadak bertambah
Kuperhatikan satu per satu,
Ternyata ada beberapa pasang mata yang lewat
sambil melihat ke arah kami berdua
Kukembalikan tatapanku pada manusia yang
dengan setia berdiri di hadapanku sedari tadi
Kutundukan kepalaku
“maaf”
“tak apa hyung, ini tidak salah”
“maksudnya .. kau tidak mau diperhatikan orang
yang berjalan lulu – lalang?”
Ia hanya menggeleng pelan seolah berkata
‘tidak, aku tidakn malu sedikitpun’
“ayo pulang”
“um!”
Ia mengangguk senang dan merangkul bahuku
“seandainya aku tinggi”
“hahaha memang kenapa hyung? aku tetap
bersedia memeluk hyung kapanpun hyung mau”
Kami pulang dengan raut wajah bahagia
Ditemani langit senja yang perlahan - lahan
mengurangi cahayanya
Dhiasi dengan senyum dan canda tawa
disepanjang perjalanan
Juga dengan dekapan hangat yang tersalur satu
dengan yang lain
Seolah ini hari jadian pertama kami,
Kami menikmatinya walaupun hubungan kami saat
ini hanya sejauh teman-tapi dengan perhatian satu sama lain yang lebih dari
teman
Juga
Seolah hari ini hari terakhir kami bernapas di
dunia yang keji ini,
Kami pun menikmatinya walaupun kami tak tau
besok masih diberi anugerah atau tidak
“oh iya! sebentar lagi hari kontesmu, apa kau
siap?”
“tentu saja! pokoknya hyung harus nonton!”
“pasti aku datang, tenang saja”
“Betapa
bahagianya hidup ini jika diperhatikan lebih dalam lagi”
Comments
Post a Comment