SIFAT KELASKU

"tangisan seorang teman membuatku berpikir akan ini"

Emosi zaman SMA makin labil saja. Banyak yang bilang, SMP adalah tempatnya kaum labil. Tapi bagiku, mungkin itu lebih pas pada masa SMA. Ya, mungkin, Karena pribadi setiap orang berbeda.
Kelasku hanya berisikan sebelas orang. Tentu, kami kesebelasan murid kelas bahasa. Dengan jumlah teman yang dapat dibilang lebih sedikit dari kelas lainnya, dapat membuat diriku lebih memperhatikan tingkah laku mereka. Karena apa? Yang diperhatikan hanya orang-orang itu saja, kok. Tak lebih.
Kadang kelasku ramai. Ramaaai sekali. Biasanya hal itu terjadi di hari Rabu. Hari dimana jadwal pelajarannya menyenangkan semua. Anak-anak bilang 'pelajaran yang gak perlu mikir'. Ya, iya sih. Ada ketrampilan, bahasa Mandarin, bahasa Jepang, dan TIK. Hanya itu. Terdengar enak, bukan? Dan pada hari itulah kami biasa menonton bersama, bernyanyi bersama, menari, joget dugem, bahkan sampai terkadang menciptakan lagu sesuai mood hari itu. Itulah hari Rabu, surganya kelas kami.
Terkadang pula kelasnya penuh amarah. Kelasku ini terdiri dari delapan orang perempuan dan tiga orang lelaki. Hanya tiga. Sekali lagi HANYA TIGA. Dan biasanya, emosi perempuan, kita tak pernah tau kapan meluap. Kaum lelaki juga sepertinya hanya bersabar jika melihat teman perempuan di kelasnya bertengkar, diem-dieman. Atau mungkin mereka hanya masa bodoh. Ya, mungkin. Dan aku merasa, hari Selasa ini mengapa selalu penuh dengan amarah? Apa karena ada jam olahraga? Jam dimana kita seharusnya bersantai, berolahraga dan bercanda bersama namun dijadikan akar dari setiap masalah di hari Selasa? Begitu? Memang ada apa dengan jam olahraga? Itu misteri. Tapi amarah teman-temanku ini sudah pernah meluap di dua kali hari Selasa secara berturut-turut. Entah mengapa.
Kadang juga kelasku hening, sedih, dipenuhi dengan tangisan duka. Entah karena stress atau memang membenci hari Kamis? Begini, ya. Biar kujelaskan mengapa sebagian murid di kelasku membenci hari Kamis. Itu dikarenakan jadwal pelaharan yang kita dapat--yang telah diatur--dapat dikatakan kurang menguntungkan. Karena semua mata pelajaran yang dipelajari di hari Senin--kecuali bahasa Jepang--ADA DI HARI KAMIS. Jadi jika pada hari Senin kelasku mendapatkan mata pelajaran Sejarah, Sastra Inggris, Sastra Indonesia, Antropologi, Bahasa Jepang, dan Matematika, pada hari Kamis pun semua mata pelajaran tersebut ADA--kecuali bahasa Jepang yang diganti dengan jam BK. Dengan begitu, berat-tidaknya PR atau ulangan yang ada di hari Kamis tergantung pada hari Senin. Pernah sekali semua mata pelajaran di hari Senin memberi tugas dan meminta untuk dikumpulkan atau dikoreksi pada hari Kamis. Itu berarti semua tugas ditujukan untuk hari yang sama, bukan? Dan juga terkadang materi pelajaran tersebut selesai pada hari Senin, jadi kapan lagi gurunya akan memberi ulangan? Ya pada hari Kamis. Pada hari itulah biasanya tugas dan ulangan menumpuk sendiri. Mungkin itu yang menyebabkan biasanya hari tersebut melukiskan duka pada diri setiap murid, termasuk saya.
Lain halnya pada hari Senin dan Jumat. Pada hari yang mengawali awal minggu tersebut, biasanya kami bertergur sapa karena selama dua hari tak jumpa. Dan pada hari Jumat--hari terakhir sekolah sebelum libur pada Sabtu dan Minggu-nya--, kelas kami tampak baik-baik saja.
Aku berharap setiap hari sama seperti hari Rabu, menyenangkan. Sangat menyenangkan.
Tapi namanya emosi remaja, belum stabil.
Namun begitulah keadaan kelasku. Bermacam-macam sifatnya namun apik bila berbaur.

Comments

Popular Posts