MY CONVERSION - part. 9
Ya
Sore ini
Aku sudah berada tepat di depan toko yang
Kamis lalu kudatangi bersama orang ini lagi dan lagi
Menunggu manusia idiot itu keluar dari toko
yang tak pernah sepi itu
Cih! Orang
– orang macam apa yang mau mengantre disana
Bodoh
“mau kutraktir apa senior?”
Tanya lelaki bodoh ini sekeluarnya dari toko
nan sempit itu
“tidak usah.. simpan saja uangnya.. lumayan
besar.. kau pasang 2000 WON dan belipat ganda menjadi 100000 WON”
“tidak apa senior! Senior mau apa? Aku bisa
belikan”
“tidak usah.. simpan saja.. aku serius” ujarku
sambil mendorong perlahan tawaran uangnya itu
“senior yakin?”
“101% yakin, bodoh”
“oh.. baiklah.. terima kasih senior”
Apa?
Si bodoh
ini memberi hormat sedikit padaku sambil berjalan?
Kau pikir
aku ini jauh lebih tua daripada kau?! Hah!
Dasar
Dan setelah itu,
Terjadi keheningan antara aku dan dirinya di
jalan yang lumayan sepi ini
“SENIOR KENA!”
Suara itu
Suara yang memecah keheningan selama beberapa
menit
Suara yang disertai dengan colekan pada bahu
sebelah kananku
Yang lantas membuatku kaget dan langsung
tertawa bahagia-entah kenapa-saat melihatnya berlari menghindariku
Dan mengajak kedua kakiku ini untuk ikut
berlari mengejarnya
“HEY BERHENTI KAU DISANA!”
Tapi tak ada jawaban
Dan kami meneruskan berlari di jalan yang
sudah kubilang ‘lumayan’ sepi
Jadi masih ada orang – orang yang berjalan –
jalan disekitar langit sore ini
Dan mereka memperhatikan aku yang mengejarnya
Aku mengerti tanpa melirik mereka sedikitpun
Tapi aku tak peduli
Hidupku hanya sekali
Dan harus kunikmati
Kapan lagi aku bisa sesenang ini-walapun aku
juga tak mengerti mengapa aku bisa tersenyum seikhlas mungkin saat sedang
bersama makhluk bodoh ini
Atau sejak
saat ini aku tak perlu menyebutnya bodoh?
Lalu
panggilan apa yang harus kulontarkan padanya?
Junior?
Itu
terlalu biasa
Atau..
CAPLANG?
YA!
CAPLANG! LIHAT SAJA TELINGANYA!
Panggilan yang sudah lebih membaik-bagiku
“YOLO BRO! REMEMBER ‘BOUT IT!”
Larian ini berhenti di pertigaan jalan dekat
warnet ini
Ya
Terhenti
Karena sepertinya si caplang sudah capek
Tapi tak hanya dia
Aku pun sependapat
“hos hos hos hos hos! Hyung! Hos hos hos hos”
“hos hos hos hos hos apa hos hos hos hos
caplang?”
“akh! Hos hos ini.. ini hos hos hos untukmu
hyung”
Seketika ia merogoh kantung celananya dengan
nafas yang masih berlum berubah ritme-nya
Aku penasaran
Apa yang akan ia berikan?
Dan saat benda itu berhasil ada di tangannya,
Ia langsung memberikannya padaku
Selembar kertas kuning yang terlipat menjadi
dua
“apa hos hos hos ini?”
“hos hos hos ini hos hos untukmu hyung.. hos
hos hos baca saja”
Walau masih terlalu capek untuk melakukan
apapun ini,
Aku mulai membuka lembaran itu dan membacanya
perlahan
Dengan mata yang serasa terguyur keringat dari
air mancur rambut berponi ini
Aku mulai mebaca
Membaca dari baris teratas
Sampai tulisan terkecil yang tertulis paling
bawah
Dan setelah itu
Aku mengangguk
Tak seperti biasanya,
Aku tak mengerti mengapa aku melakukan hal
seperti ini
Tapi kali ini
Aku mengerti
Melihat wajah manisnya berharap,
Meningatkanku pada sari tebu yang sering
sekali dibelikan ayah saat ku kecil
Rasanya manis
Tapi tak pernah membosankan
“tapi kau harus berjanji akan menampilkan yang
terbaik”
“YA SENIOR! AKU BERJANJI! PEGANG JANJIKU!”
“baiklah kalau begitu”
“KAU KENA!”
Sekarang gantian saja aku yang mencolek bahu
kirinya
Dan berlari meninggalkannya yang masih terpaku
itu ternyata
Tersenyum
Kemudian langsung mengejarku dengan senyuman
yang dilengkapi dengan deret gigi yang amat manis
“Dari awal kita memang bisa saja berjanji..
tapi ingat! Kita juga harus menepatinya dan jangan membuat orang lain kecewa”
Comments
Post a Comment