MY CONVERSION - part. 8
Esok harinya, aku tau memang hari ini waktunya
kuliah
Hari Senin
Hari yang paling kubenci
Jika kalian membenci hari awal dalam minggu
ini karena harus kembali ke pekerjaan seperti biasanya,
Tapi tidak dengan aku
Aku membenci hari ini karena kakek yang paling
kusayang meninggal pada hari Senin
Aku sangat menyayanginya
Sama sayangnya seperti aku menyayangi orang
tuaku
Tapi hari itu tak pernah terlupakan memang..
Aku pulang sekolah dan masih bisa tersenyum
dengan logo sekolahku tertempel pada bat seblah kiri dadaku
Tapi senyumku sirna saat mendengar berita dari
ibuku dan mengharuskan aku tidak masuk selam seminggu
Kakek tercintaku
Aku tak pernah melihatnya lagi sejak saat itu
Sekarang,
Sudah mengerti kenapa aku membenci hari Senin?
“Terkadang, orang yang kita cintai berpegaruh
besar pada kehidupan”
Aku melihatnya
Menatapnya dari kejauhan
Terbingung – bingung dengan kemeja biru yang
rapih tertempel pada tubuh bagian atasnya
Tak
biasanya anak ini menggunakan kemeja
Biasanya hanya menggunakan kaos oblong berhias
topi apa sajalah topinya
Dan itu selalu membuatnya terlihat keren
Melihat anak itu menoleh ke arahku berdiri
Dan dapat mendengar kalimat pertama yang ia
lontarkan
“HYUNG!”
Sambil melambaikan tangan kanannya dan
menghias wajahnya dengan senyum manis
Aku tersentuh
Aku tak memiliki adik
Atau lebih tepatnya,
Aku anak satu – satunya
Anak semata wayang dari ibu dan ayahku
Aku masih bingung mengapa mereka tak membuat
anak lagi satuuu saja hanya untuk melahirkan seorang adik untukku
Karena dulu sewaktu SD, aku malu dengan teman
– temanku yang selalu menggandeng adik – adik lucunya, atau mereka yang malah
digandeng oleh kakaknya
Membuatku iri
Tapi aku sadar saat aku masuk SMA,
Aku sudah menjadi lelaki yang dibilang dewasa
tidak, anak – anak juga tidak
Aku mengerti
Membuat anak itu pasti enak!
Tapi mengapa orang tuaku itu tidak mau
mengulanginya lagi?
Sekaliii saja aku ingin memiliki saudara
Tapi aku sadar
Pasti ibuku terlalu sakit untuk melakukan itu
Entah punya ayahku yang terlalu besar atau
apa,
Tapi mungkin saja begitu
“mungkin”
Jadi aku sangat tersentuh saat seseorang
memanggilku dengan sebutan “hyung” seperti
yang baru saja anak bodoh ini lontarkan
Walaupun dia adalah si idiot yang sehari –
hari kutemui, tapi tetap saja aku tersentuh sekali mendengar satu kata nan
indah itu
Aku berjalan menghampirinya
Mlelontarkan senyumku-wakau sedikit terpaksa
Dan ia membalas dengan senyum yang bagitu …
yaa tidak ada bekas terpaksa sama sekali disana
Senyum itu penuh iklhas dan sayang
“senior! Nanti pulang kuliah, kita ke toko
waktu itu ya!”
“toko apa?” aku bingung.. benar – benar aku
tak mengerti apapun
“ah! Jangan pura – pura tak mengerti,
senior..” jawabnya sambil menyenggol bahuku dan mengedipkan salah satu
matanya.. mata kanannya
Dan kedipan itulah yang membuatku ingat
Ah pasti
toko illegal yang waktu itu! aku mengerti sekarang
Seketika aku mengangguk pelan dan sedikit
nyengir
Tapi kemudian aku kaget
Rasanya ingin sekali mengulang kejadian
beberapa detik lalu!
Ingin sekali tak jadi mengangguk!
Ck
“iya aku mau.. tapi nanti saat jam kuliah
sudah habis. Jangan kabur dulu sebelum kelas slesai!”
“SIAP KOMANDAN!” aku juga tak mengerti mengapa
Kalian tau?
Anak ini membalas interupsiku dengan suara
berat sambil memberi hormat ala TNI Indonesia
Tegap sekali
Dan pada akhirnya,
Aku menggapai kepalanya dengan tangan kananku
Dan mengelus pelan kepalanya yang terbilang
cukup tinggi bagiku itu
Tetapi saat kesadaran itu mencul secara
perlahan,
Aku langsung melepasnya
Dan dapat kurasakan panas membara pada kedua
pipiku
Setelah itu?
Kutinggal saja dia dengan jalan cepat ala BYUN
BAEKHYUN
Kalau dilombakan, pasti aku pemenangnya!
Kali ini memang benar – benar cepat!
Dan tak kulihat lagi wajahnya di belakang
Aku tak sanggup hanya untuk menggerakkan otot
– otot ini untuk menoleh sedikitpun
Tapi yang kudengar hanya suara
“HEY SENIOR! TIDAK APA – APA!”
Tak apa
katamu? Aku tetap tak peduli, bodoh!
Tunggu
Untuk
sekarang,
Dia yang
bodoh,
Atau aku
yang bodoh?
Menurut
kalian bagaimana?
Ah
sudahlah!
Tetap saja
dia yang bodoh!
“Salah tingkah itu fatal akhirnya”
Comments
Post a Comment