CERITA YANG BELUM BERAKHIR
oleh : Erika Mulyadi-9C / 11
cerita ini sebenrnya tugas gua dulu di awal taun menjabat sebagai murid kelas 9
dulu almarhum guru b.i gua ngasi tugas suruh buat cerpen yang didasari dari lirik lagu
yaudah gua pilih EXO - PETERPAN
dari lagu itu, harus dikembangin jadi sebuah cerpen
dan fyi ini cerpen pertama gua
gua sebenernya ga terlalu ahli buat cerpen
tapi ya gimana .. namanya tugas harus diselesein
jadi menurut kalian ..
guru gua dulu ngasi nilai gua berapa ya?
abis nilainya ga dikasi tau hiks .. menurut kalian berapa? kasi tau aye coba hehe
Dubraakk!!
“Ooouuchh!!” keluh Steven sambil
melompat – lompat memegangi kaki sebelah kirinya. “Aaakkhh!! Buku sialan! Awas
aja sampe kaki gue bengkak! Aaakkhh!!”
Steven yang masih berada di loteng
rumahnya merapikan kembali buku – buku yang jatuh terserbut.
“STEVEEENN!!” teriak seseorang dari lantai bawah.
“STEVEEENN!!” teriak seseorang dari lantai bawah.
“IYA MAAA!”
“MAMA TINGGAL SEBENTAR YA! MAU
JEMPUT ADIK – ADIKMU DI RUMAH TEMENNYA!”
“IYA MAA!”
“KAMU GAK APA – APA DI RUMAH
SENDIRIAN?”
“YA GAK APA – APA LAH MA! EMANG
KENAPA???”
“BUKANNYA KAMU TAKUT SETAN???”
Sial.
“AAKKHH!! MAMA INI! AKU KAN UDAH
GEDE MA! UDAH CEPETAN JEMPUT ADEK SANA!”
“YA SUDAH, MAMA PERGI DULU YA!”
“hmmhh..” balas Steven dengan
desahan andalannya yang mungkin tidak akan terdengar sampai lantai bawah.
Lelaki bertubuh tinggi tersebut
kembali melanjutkan kerjaan yang harus ia selesaikan selama di loteng atas. Ia
merapihkan barang – barang rongsok yang ada disitu sambil memilah – milahnya.
“Loh? Ini kan… kayaknye gue
kenal sama ni buku?!” tatap Steven dengan memasang wajah bingung sambil
membolak – balik buku yang sudah terlihat kuno dimatanya. Ia mengambil sikat,
lalu menyikat sedikit bagian atas buku tersebut.
“Uhuk! Uhuk! Buset dah debunya!
Uhuk!” dengan mata yang masi sedikit tertutup dan batuk – batuk karena debu
yang menusuk, Steven mencoba membuka lembar pertama buku tersebut.
‘Aku.. aku menemukanmu di suatu tempat. Tempat yang tak pernah
kubayangkan sebelumnya. Wanita cantik yang ada tepat di hadapanku.. bahkan
lebih cantik dari Wendy maupun Cinderella……………’
“Bentar – bentar.. ini kan…”
Steven berusaha mengingat kata – kata tersebut.Terdiam sejenak dan berpikir.
“Ini kan… buku gue waktu SMA!”
Merasa sudah ingat sedikit
tentang buku yang ada di tangannya, dengan cepat ia membuka halaman – halaman
selanjutnya. Dan ternyata.. buku yang sudah bertahun – tahun tidak ia jumpai
itu hanya memiliki sebuah cerita di dalamnya. Masih banyak halaman kosong yang
ada.
“OH IYE GUE INGET!! Ini kan.. Ini
kan tempat gue nulis karangan – karangan gue dari dunia mimpi dulu! Nape ni buku
ada di sini?! Pantesan belom selese ceritanya, tiba – tiba ni buku ngilang –
ngilang sendiri dari kamar gue! Kkkhhh!! Sialan.”
Steven yang dari kecil sudah
dibiasakan menulis oleh ibu nya ini memang banyak sekali mengarang cerita.
Sampai ia berumur 24 tahun seperti sekarang ini, kebiasaannya pun masih sama. Merasa
penasaran dan ingin mengenang kembali karya – karya tulisannya dulu, ia mulai
membaca cerita berjudul “MY OWN NEVERLAND” pada buku
tersebut.
‘………………kita pergi bersama, bertemu dengan para makhluk hutan, berenang
bersama putri duyung di laut, terbang di atas angkasa biru bersama burung –
burung di udara. Menembus awan, merasakan dinginnya laut biru, bahkan sampai
melihat indahnya pelangi dari jarak dekat, kita lakukan bersama…………………….’
Steven hanya tertawa kecil
ketika membaca kalimat per kalimat pada buku coklat itu. Cerita yang penuh
khayal memang. Tapi memang itulah hobinya. Menggabungkan cerita dari dunia
mimpi dengan kehidupan cinta aslinya di dunia nyata yang terkadang bahagia,
maupun menyayat hatinya.
‘………….aku tau kau membutuhkanku saat itu. Saat di mana aku hanya bisa
terdiam sedangkan orang yang kucintai sudah berteriak – teriak memohon
kepadaku. Tapi maaf… aku tidak bisa melakukan apa – apa. Aku tidak bisa berada
di sisimu saat kau begitu membutuhkanku. Aku juga tak bisa menyelamatkanmu pada
detik – detik perjumpaan terakhir kita……………’
Lelaki itu
terdiam. Melihat kata – kata yang pernah ia rangkai dulu di dalam buku
tersebut. Mengingat kembali kejadian nyata yang pernah ia rasakan. Walaupun
kejadiannya tidak seburuk dan separah di cerita itu, tapi sudah bisa membuat
uluh hatinya serasa ditusuk pedang. Sakitnya terasa sekali.
‘……………kau pergi entah kemana. Menghilang begitu saja tanpa melukis
setitik jejak di hadapanku. Seharusnya kau membayar setiap tetes air mata yang
keluar dari mataku ini! Aku yakin kita tidak akan pernah bertemu’
Sampai disitulah ceritanya.
Diakhiri dengan sebuah kata yang agak sedikit menggantung tanpa diakhiri dengan
tanda baca. Mungkin sudah tidak
terhitung ludah yang ditelan Steven saat membaca tulisannya sendiri itu. ia
benar – benar bisa mengingat jelas kajadian – kejadian masa lalunya dulu.
Apalagi saat menemui beberapa kalimat yang bisa membuat mulutnya melongo.
Tanpa pikir panjang, Steven
langsung mencari berbagai alat tulis yang ada di loteng situ. Ia mulai
menggoreskan penghapus pada kalimat – kalimat sedih di buku tulis itu yang
seharusnya tidak tampak lagi di matanya. Setelah itu, ia mangganti semua
kalimat sedih tersebut dengan kalimat – kalimat yang membuatnya bahagia.
‘AKU AKAN MEMBAWAMU KEMBALI KE NEGERI YANG TIDAK AKAN PERNAH KULUPAKAN
DALAM HIDUPKU, NEVERLAND. SAMPAI KE
UJUNG DUNIA PUN… AKU PASTI AKAN MENEMUKANMU. KARENA CERITA KITA… MEMANG BELUM
BERAKHIR!’
Mulai terdengar suara samar –
samar adik – adiknya yang sepertinya sudah sampai rumah saat Steven selesai
menulis beberapa kalimat pendek pada akhir cerita tersebut. Sengaja ia tulis
dengan bulpoin dan berhuruf besar, agar tak ‘kan pernah terhapus.
“STEVEENN!! CEPET TURUUUNN!!
TRUK BARANGNYA AKAN DATANG SATU JAM LAGI! KAMU SUDAH SELESAI MENGAMBIL BARANG –
BARANG PENTINGMU YANG ADA DI LOTENG BELOMM??”
“IYA UDAH MAA!!” triak Steven
sambil menuruni tangga dari loteng dan hanya membawa sebuah buku.
Comments
Post a Comment