AKU SAMA TAPI TAK SAMA
Kubuka lembar demi lembar
buku biru yang terlihat suram
Kulihat dengan bola yang terbuka lebar
Kutatap dengan senyum penuh makna
Kudengar ia menangis,
meringis kesakitan
Kuratapi keluhnya,
tak lupa desahan kesahnya
Tetapi seketika aku tertawa
"peri kecil tolong aku! aku tak tahan dengan mulut busuknya!"
Hatiku kali ini dapat berkata - kata
dan daun di kepalaku ini dapat menangkap getarannya
Ya
Getaran tangis di lubuk terdalam
ANAK ITU
tak 'kan pernah kulupakan seumur hidupku
Mulut yang tebal itu sudah terlihat busuknya
bak buah yang sudah dibiarkan ratusan tahun
ITULAH BIBIRNYA!
Bonyok!
Busuk, busuk, busuk!
Mungkin jika rayap - rayap dapat bernafas disana
dan hujan turun membasahinya,
layak batu taman tanpa pak kebun yang setia mengikir dengan sekopnya
Mulut itu sudah ditumbuhi lapisan hijau berbulu yang tebal nyatanya
Benar - benar tiada banding!
Aku sendiri tak sudi menatapnya!
Merangsang muntah saja!
Ya memang!
Aku ini anak dibuang!
Dibuang ke pulau tak berpeghuni!
dikucilkan,
dan dicaki maki
Tapi kalian tak mengerti
dan tak kan pernah tau menahu
Aku punya teman!
Tapi tak semacam kalian!
seorang peri kecil teman sejak lahir
seorang peri kecil teman berbincang
seorang peri kecil yang rela menjadi tempat sampah keluh kesah
Aku percaya akan keberadaanya
Tapi mungkin sekitarku tidak
Hanya dia yang mengerti aku
tapi suatu saat tidak
Saat kalian sudah sangat kasar membodohiku yang terlalu bodoh ini
Peri kecil tak menampakkan batang hidung mungilnya
"PERI KECIL KAU JAHAT! KAU TEGA!"
triakku dalam sebuah kamar kecil
Walau lapisan hitam menempel di muka bibir tipis ini
dan ditinggalkan dalam ruangan gelap hampa,
TAPI INGAT!
Hati ini bisa berteriak!
Terkadang aku bertanya - tanya
Apa salahku?
Tiada satupun yang menjawab
semua sunyi
Tapi kupikir,
kalian saja yang sudah keluar batas!
Hanya karena aku berbeda,
tapi tak seharusnya
Aku tertawa karena sekarang aku tak lagi merasa berbeda
Itu 10 tahun lalu
Ketika seragam putih biru menempel lekat pada tubuh mungilku
tepatnya tahun pertama pemakaian
Kuakhiri dengan senyuman termanis
semanis gula batu yang suamiku beli kemarin
Kututup buku ini dengan kaki kananku?
Mengapa tidak dengan salah satu tanganku?
Itulah sebab mereka membenciku
Andai kalian tahu yang sesungguhnya
Kalau
Comments
Post a Comment