INADVERTENT - part. 9
Aku menggelengkan kepala-berkali – kali, tanpa
henti
Seakan gerakanku ini berkata ‘tidak, tidak
mungkin, ini tak boleh terjadi’
Aku harus
bertemu dengannya sebelum ia berangkat! Harus!
Buku agenda yang masih terbuka itu masih
terganggam di tanagn kiriku
Tangan kananku membuka pintu mobil
Kaki kiriku menyentuh aspal, dan
‘DUAAAARRRRRRRR’
Seakan sepatu coklatku menginjak sebuah tombol
kematian, aku bagai terbang ke angkasa
Baru saja menginjakkan kaki ke tanah,
Tapi pikiranku kali ini kosong melompong
Ditemani buku agenda ini dan ratusan orang
serta kendaraan lainnya yang juga ikut terlempar bersamaku,
Aku memejamkan mata,
Mencoba tersenyum dan merasakannya
Seakan sel dalam tubuhku ememka semua,
Telingaku dapat mendengar, persis orang –
orang berteriak sekeras tenaga
Tubuhku dapat merasakan terbang yang secara
tak langsung ini
Entah penyebabnya apa
Dan otakku seakan berpikir
‘terpental sampai manakah bakalan aku ini?’
Kecuali mataku
Mataku terpejam lekat,
Tapi seakan bisa melihat alam kehidupan paling
membahagiakan
Bersama Sang Pencipta
Dimanapun itu?
Tak dapat ditemukan di dunia yang fana ini
tentunya
Mengerti tubuhku ini sudah bau tanah,
Sambil bersatu dengan terbangnya ragaku,
Pikiranku mengingat semua kejadian hidup ini
bersama anakku
Dan hatiku seolah berpesan,
anakku,
aku minta maaf karena belum bisa menepati janji kehidupan sebelumnya. Janjiku
untuk membahagiakanmu pada kehidupan sekarang. Maaf jika hidupmu tersita dengan
rasa sakit hati karena ayah, ayah minta maaf. Maaf jika ayah tak
memperhatikanmu selama ini. maaf jika ayah marah padamu tanpa sebab, dan
tentunya maaf jika kau akan kehilangan sosok seorang ayah selamanya dalam
hidupmu, mulai hari ini. sebenarnya ayah sayang padamu. Ayah ingiiin sekali
berkata maaf padamu, hidup bahagia bersamamu, dan menjadi teman dalam hidupmu.
Tapi semua itu seakan mimpi. Mimpi yng takkan pernah terwujud. Kumohon, jangan
tangisi aku dan jagalah ibumu samapi detik terakhir napasnya. Aku menyayangi
kalian. termasuk dirimu, Parkchan. Ayah ingiin sekali memanggilmu seperti itu,
entah mengapa. Mungkin mengungkit kejadian lama yang tak pernah ayah
ingat-mungkin.
Pesanku
adalah
Anakku,
jika kau berada pada kehidupanku selanjutnya, kali ini aku berjanji. Berjanji
akan menjagamu seakan menjaga hidupku sendiri. Ingatkanlah diriku untuk kedua
kalinya suatu hari nanti. Maaf jika mimpi – mimpimu bersamaku akan muncul pada
kehidupan selanjutnya, aku minta maaf. Semua permintaan maafku, kuharap kau
dapat mendengarnya dari sana.
Ayah
mencintaimu, Parkchan
Tubuhku terhempas
Tergeletak pada kerasnya aspal
Bersama benturan hebat yang menyelimuti
tubuhku
ditemani agenda yang sedari tadi kugenggam
sekarang agenda itu sudah entah kemana
mungkin maish berada di dekatku?
Aku tak tau
Mataku terpejam
Aku tersenyum
Merasakan angin
Untuk terakhir kalinya
Tubuhku lemas,
Tanpa tenaga
Aku bangun
Dan melihat tubuhku sendiri disana
Sungguh malang
“Kehidupan yang mungkin belum selesai”
Comments
Post a Comment