INADVERTENT - part. 3
1 semester lebih berlalu
Tibalah saatnya aku harus berpisah dengan
anakku
Dan mungkin hanya bertemu kala liburan tiba
Ia melanjutkan hidupnya di Amerika, entah
mengapa
Tapi mungkin, mungkin ia ingin memperlancar
bahasa internasionalnya, mungkin saja
Jadi ya, kuperbolehkan juga pada akhirnya
Saat ini
Di ujung pintu rumah
Ia berpamit dengan ibunya
Ibunya tak ikut mengantar sampai bandara
karena mertuaku dan keluarganya akan datang beberapa saat lagi untuk menjenguk
saudara jauhnya yang sekarang dirawat di rumah sakit dekat sini
Memang saudara jauh, tapi ia saudara terdekat
istriku
Jadi secara terpaksa,
Ia tak ikut
Aku naik ke mobil
Mengendarai
Dengan anakku duduk di sebelah kanan sebagai
penumpang
Hening selama perjalanan
Perjalanannya saja sudah menyita waktu sekitar
2 jam
Dan selama waktu itu,
Tak sepatah kata pun keluar dari mulutku dan
dirinya
Sampai akhirnya,
Kita sampai disana
Di bandara internasional negara ini
Tepatnya di tempat parkir bangunan luasnya
Ia berpamitan
Walau penerbangannya masih 3 jam lagi,
Tapi aku mengerti
Anakku adalah si tipe menghargai waktu
Ia menyalamiku
Lalu menatapku
Berlanjut memelukku
Pelukan nyaman yang seolah berkata ‘aku sayang
ayah’
Tapi bibirnya mengucap kata lain
“terima kasih ayah”
Aku kaget
Mataku melotot
Sampai tidak langsung memeluknya kembali
Tapi kemudian aku tersadar,
Dan perlahan memeluknya
“sama - sama”
Kataku sambil mengetuk pelan punggung lebarnya
dengan kelima jari ini
Perlahan pelukan hangan ini dilepasnya
Dilontarkan senyum ke arahku
Lalu ia pergi sambil melambaikan tangannya dan
senyum lebarnya
Aku membeo, walau dalam bentuk perlakuan
“CHAN!”
Tubuhnya berbalik setelah mendengar teriakan
itu
Walaupun jarakku dengannya belum cukup jauh,
Tapi entah kenapa aku ingin sekali bersuara
keras kali ini
Tatapannya kaget
Lalu kulanjut
“hati – hati”
Sebenarnya bukan itu yang ingin kuucapkan
Ada banyak hal
‘ayah menyayangimu’?
Atau .. ‘ayah pasti merindukanmu’?
Kali ini lebih pelan dari yang tadi
Jauh lebih pelan
Dan mata ini dapat melihat anggukan yakin anak
itu disana
juga senyum yang tetap ia pertahankan
ia berlalu,
aku pun masuk kembali ke dalam mobilku
kubuka pintu belakang,
memastikan tak ada satupun barangnya yang
tertinggal
tapi satu hal yang kulihat hanyalah sebuah
buku
sebuah buku yang tergeletak di karpet mobil
mungkin
buku ini terjatuh, tapi punya siapa?
covernya bewarna hitam
semacam buku agenda para pria biasanya
dan setelah kubuka,
ternyata memang benar
kulihat biodata pemiliknya,
ternyata tertulis anam anakku sendiri
“Perpisahan yang mengharukan”
Comments
Post a Comment