KETIKA MANUSIA BUKANLAH SEBUAH ROBOT
Satu yang perlu diingat,
"kamu terserah mau pilih jurusan apa. semua sama"
Zaman ini menjadi abad yang dapat membuktikan bahwa manusia bukanlah robot lagi. Robot dalam arti orang yang suka diatur, ataupun orang yang 'hobinya' diatur orang lain. Bukan robot sungguhan yang niscaya akan menggantikan kaumnya, namun perilakunya hampir persis seperti robot sungguhan. Disuruh ke kanan, ambil kanan. Disuruh ke kiri, ambil kiri.
Alkisah diceritakan tentang dua keluarga. Mereka saudara--lebih tepatnya saudara sepupu--namun memiliki marga yang berbeda. Hal itu dikarenakan ayah si A adalah kakak dari ibu si B. Anggap saja si A itu diiriku dan si B itu sepupuku.
Mereka memiliki kedua orang tua yang pintar. Keempatnya berasal dari jurusan IPA--zaman dahulu namanya masih fisika, biologi, agama dan sebagainya. Namun memang keempatnya mengambil kelas fisika atau biologi yang merupakan percabangan dari ilmu pengetahuan alam.
Tapi apa yang terjadi ketika kedua pasangan tersebut masing-masing memperoleh dua orang anak yang tidak mengikuti jejaknya? Dan hal tersebut memang benar terjadi.
Kakak si B merupakan lulusan dari jurusan IPS, begitu juga si B yang mengikuti jejak kakaknya tetap masih bersekolah di tingkat pertamanya.
Si A juga memilih jurusan yang terbilang jarang di beberapa sekolah yaitu Bahasa, dan adiknya yang masih duduk di bangku SMP hampir akhir malah sudah berangan-angan ingin masuk SMK jurusan desain.
Kami semua, ingin masuk ke jurusan yang kami inginkan pun tak segampang membalikkan telapak tangan. Butuh perjuangan. Hal itulah yang dirasakan si A dan si B. Bahkan kami sempat bernegosiasi dengan orang tua kami masing-masing agar memilih jalur yang berbeda. Hal itu gampang? Tidak. Butuh perjuangan. Bahkan mereka meminta pembuktian bahwa KAMI BISA. KAMI BISA DI JURUSAN ITU. TAK PERLU IKUT JEJAK ATAU OMONGANMU KAMI BISA.
Dan ya, terbukti. Si A dan si B keduanya meraih peringkat pertama pada semester pertamanya saat menjajal kelas jurusan pilihan mereka. Kami beranggapan bahwa manusia akan dimudahkan bila memilih sesuatu yang memang ia senangi dan ia inginkan.
Katika manusia bukanlah sebuah robot.
Itu karena manusia dengan pikiran kritis tak akan tergiur dengan rayuan orang lain senikmat apapun kalau itu bukan pilihannya.
Untunglah di sekolah juga sudah dijelaskan bahwa pemikiran haruslah diubah. 'Anak emas' yang dahulu dikatakan 'EMAS' yang dipuja bukan berarti selamanya emas. Anak emas adalah murid dari ketiga jurusan. Semuanya setara, semuanya sama.
Penjelasan yang paling kuingat adalah yang berasal dari mulut guru sosiologiku dulu, bahwa semuanya sama. Dalam bidang pekerjaan, semuanya saling bahu-membahu. Contohlah adanya perusahaan misalnya perusahaan produk makanan, ya. Anak IPA memang dibutuhkan, yaitu dengan menjadi bagian pemeriksa mesin yang dibutuhkan. Anak IPS? Tentu. Mereka dapat menjadi pengelola usahanya. Anak Bahasa pun gak kalah. Produk tersebut belum tentu selaku saat produknya sudah diiklankan. Inilah contoh sederhananya. Sekali lagi, semua sama.
Ketika manusia bukanlah sebuah robot.
Itu adalah saat dimana manusia menemukan jati dirinya.
Comments
Post a Comment