PENGALAMAN CAMPING ROHANI SE-INDONESIA - part 2
Sudah
seru-seruan di hari ketiga, hari keempat ini keadaan seakan diputar balik. Bisa
dikatakan, inilah acara puncak dari camping rohani ini. Ya, hari pertobatan.
Hari dimulai dengan misa pertobatan di pagi hari yang dilanjut dengan doa
pertobatan seusai makan pagi. Pada saat doa pertobatan ini, kita diminta untuk
menyesali segala dosa yang telah kita perbuat selama ini. Tiga orang suster
yang memimpin jalannya acara akan menyebutkan dosa-dosa tersebut setelah berdoa
dengan bahasa roh. Mereka seakan membaca penyesalan kita satu per satu dan
meminta kita untuk segera bertobat.
Peserta non-Katolik diminta
duduk di barisan paling depan karena nantinya bagi kami yang beragama Katolik akan ada
pengakuan dosa yang dimulai dari barisan paling belakang. Bagi yang belum
pengakuan dosa akan tetap di aula dan berdoa bersama. Ada juga waktu konseling
yang disediakan. Konseling ini dilakukan bagi mereka yang menginginkannya. Tapi
sebelum konseling harus melakukan pengakuan dosa terlebih dahulu. Konsultasi
dapat dilakukan bersama frater dan suster di sekitar Goa Maria. Aku sendiri
sempet konsultasi ke salah satu suster. Dan setelah itu hatiku rasanya
bener-bener plong banget! Luka batin yang kurasakan dan seakan belum bisa
kumaafkan tiba-tiba bisa hilang dan pikiran juga lebih enteng dari biasanya.
Solusi yang diberikan para suster dan frater sangat-sangat membantu. Perasaan
plong ini ternyata gak cuma dirasakan aku seorang, tapi temen-temen yang sempet
konsultasi juga mengakui hal yang sama. Justru acara inilah yang mereka
inginkan sejak awal, yaitu penyembuhan luka batin. Walaupun belum memasuki sesi
Penyembuhan Luka Batin, tapi rasanya plong banget setelah melakukan konsultasi.
Kita juga didoakan oleh suster dan frater dengan menggunakan bahasa roh.
Benar-benar dahsyat!
Acara dilanjut dengan makan
siang dan istirahat. Kemudian sorenya dibuka dengan tablo “Oh Rahmat yang
Mengagumkan”. Barulah setelah itu sesi penyembuhan luka batin dimulai. Kami
sempat dijelaskan terlebih dahulu tentang penyembuhan luka batin ini. Nantinya
suster akan memimpin dan menuntun kita untuk melihat hal-hal apa saja yang
pernah terjadi dalam hidup kita yang mungkin sudah kita lupakan tapi membuat
luka batin tersendiri dalam diri kita. Contohnya, saat kita dalam kandungan,
mungkin kita sudah lupa dengan kejadian yang pernah terjadi pada masa tersebut.
Tapi hal itu dapat terlihat nantinya kalau kita fokus dalam acara ini.
Tiga orang suster lagi-lagi memimpin dengan berdoa bahasa roh. Mereka
menyebutkan dosa-dosa kita dari depan altar. Tangisan dan teriakan terjadi di
mana-mana. Banyak juga yang seperti orang kerasukan dan berteriak tak
henti-henti. Mereka yang seperti itu akan dibawa dengan menggunakan tandu oleh
para panitia menuju ruang P3K yang terletak di depan aula. Kami yang berada di
dalam aula terus mengikuti jalannya acara sampai selesai.
Kalau sudah selesai, waktunya pembasuhan kaki. Selama sesi
penyembuhan luka batin berlangsung, ada banyak orang mulai dari kalangan remaja
sampai kakek-nenek memenuhi bagian samping-samping aula. Sudah tersedia ember,
baskom, gayung, dan handuk untuk sesi pembasukahn kaki. Sesi ini dimaksudkan
untuk memaafkan orang-orang yang sudah berbuat salah pada kita agar luka batin
dalam diri kita benar-benar sembuh. Jadi, misal kita menyimpan dendam dengan
kakak kita. Kita bisa mencari sosok yang istilahnya mirip dengan kakak kita dan
membasuh kakinya. Kita memaafkan segala kesalahan yang pernah ia perbuat. Orang
yang kita basuh hendaknya kita ceritakan terlebih dahulu secara singkat tentang
permasalahannya sehingga dapat lebih menghayati perannya. Nantinya, setelah
kita membasuh kaki mereka, gantian mereka yang membasuh kaki kita.
Sedih? Jelas. Sedih banget. Terenyuh. Gimana ya? Rasanya
tuh kayak orang yang pernah berbuat salah sama kita bener-bener ada di hadapan
kita. Tapi bawaanya gak mau marah-marah atau apa. Tapi kita malah basuh kaki
mereka, BAHKAN DIA YANG BERSALAH ITU SEAKAN MINTA MAAF DENGAN MEMBASUH KAKI
KITA. Apa gak nangis terus-terusan tuh? Terharu banget. Aku sempet membasuh
kaki seseorang. Dan cuma orang itu aja sih yang kubasuh kakinya. Aku dateng.
Aku ceritain masalahnya. Aku basuh kakinya. Aku cium kaki orang itu. Paling
sedih tuh pas dia basuh kaki kita, di lap pake handuk, terus dia juga nyium
kaki kita. Aku peluk dia. Sampe rasanya kasian sih sama orang itu. Pundaknya
basah gara-gara aku nangis sambil meluk orang itu. Siapapun nama Anda, makasih
banget udah jadi sosok yang sudah kumaafkan. Maaf gak bisa ngobrol lama-lama
soalnya di belakangku udah banyak orang ngantri mau membasuh kaki orang ini
juga. Tapi abis itu rasanya lebih plong lagi. Udah plong sama konseling,
sehabis membasuh kaki rasanya diri Anda benar-benar damai. Percayalah.
Acara terakhir pada hari keempat ini setelah makan malam
adalah pencurahan Roh Kudus. Kita nantinya akan didoakan oleh suster, frater,
dan romo yang akan mendatangi kita satu per satu. Ada juga seorang catcher
bersama mereka. Catcher ini bertugas untuk mengangkap kita saat terjatuh dari
belakang. Nantinya kita akan belutut dan didoakan. Rasanya macam-macam saat
didoakan dengan bahasa roh ini. Kita bisa kedinginan hebat, kepanasan, juga
resting. Nah resting ini adalah perasaan lemas sampai, istilahnya kayak orang
pingsan lah. Tidak sadarkan diri untuk beberapa saat. Disinilah tugas catcher.
Saat orang yang didoakan terjatuh karena resting, mereka menangkap dan
membetulkan posisi tidur kita. Lagi-lagi banyak teriakan yang terdengar. Tapi
gak sedahsyat saat penyembuhan luka batin. Selesai acara malem banget. Ini
lebih malam dari hari-hari sebelumnya. Capek? Jelas. Makanya kita langsung
disuruh tidur begitu acara selesai.
Besok paginya acara dimulai lebih pagi dari biasanya. Jam
setengah enam. Acara hari kelima ini dimulai dengan meditasi alam untuk kedua
kalinya di Goa Maria.
Setelah itu dilanjut dengan sesi “Pertumbuhan” dan
sharing komunitas awam oleh beberapa orang panita. Ada tiga kakak penitia yang
mewakili komunitas mereka masing-masing. Yaitu OMK (Orang Muda Katolik), PD
(Persekutuan Doa), dan KTM (Komunitas Tritunggal Mahakudus). Kami para peserta
juga diajak untuk bergabung dalam komunitas tersebut di tiap kota kita
masing-masing.
Lalu dilanjut dengan sesi Talk Show Iman sebelum snack.
Sesi ini dipandu oleh suster dan kami para peserta dipersilahkan untuk bertanya
hal apapun yang berhubungan dengan iman. Pertanyaan tersebut akan dijawab oleh
beberapa orang romo dan suster. Setelah menyantap snack yang disajikan, acara
berlanjut dengan puji-pujian dan tablo panggilan.
Tablo kali ini sukses membuat seluruh peserta berteriak
histeris. Bagaimana tidak? Pemain utamanya seoarang suster dan frater, tapi
mereka memerankan peran romantis! Sangat jarang dilihat, bukan?
Diceritakan saat suster dan frater tersebut masih merupakan
kaum awam dan belum menjalani panggilan mereka. Mereka sering bertemu di Gereja
dan akhirnya berpacaran. Tapi hubungan itu harus terputus karena mereka berdua
sama-sama terpanggil untuk menjadi suster dan frater. Cerita dibawakan dengan
diiringi lagu-lagu romantis yang membuat kami para penonton terbawa dengan
suasana ceritanya. Memang menyedihkan. Hubungan mereka tidak berlanjut. Tapi
mereka lebih memilih untuk melayani Tuhan. Inilah yang membuat ceritanya
istimewa.
Sesudah menikmati tablo panggilan tersebut, kami kembali
diminta berkumpul dalam kelompok dan mendengarkan sharing dari suster, frater,
dan romo yang ada di setiap kelompok kami. Mereka bercerita tentang kehidupan
sebelum terpanggil, sampai pada kehidupan mereka saat ini. Dalam kelompok saya
tentu Suster Clement yang bercerita. Mereka tidak boleh merias diri, tidak
boleh menggunakan HP juga, kecuali suster-suster tertentu yang memang bertugas
dan memerlukan benda tersebut. Keluar dari Pertapaan Karmel pun jarang bahkan
hampir tidak pernah. Kalau keluar pun, mereka hanya boleh berjalan kaki dan
tetap menggunakan seragam mereka. Jalan-jalan juga tidak jauh-jauh. Bahkan
tidak sampai kota. Hanya memutari sawah-sawah pun mereka sudah senang bukan
main. Masih banyak lagi cerita suka-duka menjadi suster dari Suster Clement.
Kami sampai tercengang dibuatnya.
Seusai makan siang dan beristirahat, acara sore dimulai
dengan Misa Panggilan : “Engkau Membuka Hatiku untuk melihat Wajah-Mu”. Setelah
melalui seharian penuh dengan materi panggilan, kini saatnya misa panggilan
dimulai. Saat misa berlangsung, ada saatnya suster dan romo mendoakan kita
semua yang merasa terpanggil. Bagi yang merasa terpanggil untuk menjadi suster,
frater, dan romo bisa berbaris maju ke depan untuk didoakan satu per satu.
Nantinya mereka akan menerima kertas yang berisikan data diri dan doa khusus.
Doa tersebut akan didoakan bersama- sama setelah semua anak selesai didoakan.
Ada banyak peserta yang maju. Puluhan jumlahnya. Mereka mendoakan doa panggilan
sambil berlutut di tempat masing-masing. Sedangkan kami yang tidak merasa terpanggil
mulai berlutut setelah mereka selesai membaca doa bersama. Kami didoakan oleh
romo agar menjadi kaum awam yang baik semasa hidup kami nantinya.
Acara hari ini ditutup dengan Adorasi Taize. Berbeda dengan
adorasi sebelumnya, kali ini romo mengangkat hosti mengelilingi aula dan
berhenti beberapa kali. Tiap berhenti, kami semua berlutut menyembah-Nya. Pada adorasi sebelumnya hosti hanya diangkat di altar. Kali ini lebih dahsyat. Banyak juga
yang lagi-lagi seperti orang kerasukan. Meloncat ke sana ke mari seperti macan,
berteriak-teriak. Tidak sedikit pula yang resting, tapi kali ini tanpa catcher.
Kami teman-teman di sekitarnyalah yang membetulkan posisi mereka. Acara hari
ini pun selesai. Waktunya tidur dan mengisi tenaga sebanyak mungkin, karena
esok hari tantangan sudah di depan mata. Outbound. Dari pagi sampai siang. Jadi
gak sabar.
Comments
Post a Comment